TEMPO.CO, Jakarta - Rhoma Irama sudah siap maju ke bursa pencalonan Presiden 2014. Saat ditemui Tempo di kediamannya, Senin, 24 Desember 2012, raja dangdut ini buka suara soal keinginannya untuk memperbaiki akhlak bangsa. Berikut petikannya:
Anda serius akan menjadi calon presiden?
Saya berada pada posisi yang menurut saya bila mundur berarti desersi.
Apakah Anda yakin akan mendapat dukungan rakyat?
Saya sama sekali tidak berambisi. Saya tidak dalam kondisi mengejar, tidak sama sekali. Saya siap karena ada dorongan.
Dorongan dari siapa?
Ulama, umat, dan politikus di Senayan.
Apa yang mereka sampaikan kepada Anda?
Mereka melihat situasi politik di Jakarta yang mengejutkan dan menimbulkan keresahan umat Islam khususnya dan anak bangsa pada umumnya. Ada kekhawatiran jangka panjang.
Yang Anda maksud itu kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dalam pemilihan Gubernur Jakarta?
Anda tahulah. Ini menimbulkan keresahan.
Apa salahnya mereka terpilih?
Umat Kristen atau Buddha harus menjadi pembentuk peradaban di negaranya masing-masing. Begitu pula umat Islam di Indonesia, sebagai mayoritas. Di Jerman, Italia, dan Inggris, mana bisa warga keturunan Turki yang muslim menjadi presiden. Di Singapura, mungkinkah Melayu Islam jadi presiden? Ada hukum tak tertulis. Ada prioritas. Ada yang tidak proporsional di bidang ekonomi, lalu sekarang politik. Ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial.
Tapi bagaimana kalau calon dari kelompok mayoritas yang diajukan tak kompeten?
Anda tidak boleh mengatakan yang muslim kurang bagus. Apalagi di negara mayoritas Islam. Apakah segitu hinanya sehingga tidak ada satu pun yang lebih baik dari yang minoritas.
Kenyataannya, beberapa calon pemimpin dari kelompok minoritas lebih bagus.
Tidak seperti itu. Anda terlalu mengada-ada. Firman Allah mengatakan jangan memilih orang kafir di antara orang beriman. Ini larangan yang jelas.
Kalau selalu mengacu pada ayat yang jelas dalam Al-Quran, memotong tangan bagi pencuri juga jelas. Jadi, Anda juga akan terapkan itu?
Indonesia bukan negara Islam, melainkan negara Pancasila. Itu harus kita sepakati bersama. Pemerintahan, kan, kolektif.
MAJALAH.TEMPO.CO | ALIA