TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Rhoma Irama, empat dekade mempertahankan Orkes Musik Soneta cukup jadi modal untuk memimpin Indonesia. Ia menjadi capres 2014 dan disejajarkan dengan sejumlah politikus yang bolak-balik menjadi calon presiden. Selain PPP, beberapa partai politik kabarnya ingin mendukung Rhoma.
"Saya siap,” kata Rhoma ketika Tempo menyambangi kediamannya di Mampang, Senin, 24 Desember 2012.
Ia mengaku prihatin terhadap kondisi bangsa yang jauh dari nilai Pancasila dan semangat reformasi. Bekas pengurus partai Golkar ini memandang masalah mirasantika (minuman keras, obat-obatan, dan narkotik) korupsi, konflik antarpenduduk, serta anjloknya moral bangsa, sudah meresahkan. Rhoma menolak dibilang nyapres ini sekedar coba-coba atau berjudi.
“Ini adalah amanah,” ujar pria yang belum tergantikan sebagai Raja Dangdut itu.
Meski sudah tidak gondrong, Rhoma masih menyisakan sedikit buntut rambutnya yang keriting dan klimis. “Ini tanda bahwa saya seorang seniman,” ujar Rhoma dikutip dalam majalah Tempo edisi 31 Desember 2012.
Rhoma merasa memiliki integritas, yang tercermin dari lagu dakwah yang ia ciptakan, serta keberhasilan memimpin Soneta. Namun, Indonesia bukan Soneta, yang personelnya bisa dihitung jari. Bahkan, jumlah penduduk Indonesia saat ini hampir dua kali lipat dari 135 juta- angka yang ia nyanyikan dalam lagu lama miliknya. Rhoma bercerita kalau ia ingin memperbaiki akhlak dan pesatuan bangsa di negeri ini. (Baca: majalah Tempo)
MAJALAH TEMPO | ALIA