TEMPO.CO, Jakarta - Tidak ada kata berdiam diri bagi perancang Ramli. Dalam kesakitan perancang yang memiliki nama lengkap Ramli Sarwi Gozali Kartiwdjojo itu masih tetap berkarya. Rabu malam di Kempinski Ballroom West Mall lantai 11 di Grand Indonesia, dia menggelar peragaan busana sekaligus peluncuran bukunya berjudul Legacy Ramli 37 Tahun Berkarya untuk Indonesia.
Padahal, sejak 2009 lalu, perancang senior ini divonis mengidap kanker usus stadium empat dan harus berada di kursi roda. Selama tiga tahun ini juga Ramli sudah menjalani lebih dari 22 kemoterapi dan harus minum obat untuk menahan rasa sakit. “Saya mensyukuri semua yang Tuhan beri kepada saya. Termasuk kesempatan terus berkarya meski dalam kondisi pesakitan seperti sekarang,” ujarnya kepada Tempo.
Malam itu Ramli bersemangat meski sesekali dia terlihat menahan rasa sakit yang amat sangat. Tapi dia tetap bersikap profesional dan menjalani tugasnya menyapa tamu undangan, berbincang dengan media, termasuk memantau prosesi peragaan. Bahkan di depan panggung ketika memberikan penghargaan untuk beberapa pihak yang selama ini menjadi pendukung dirinya berkarya, termasuk bisa menyelenggarakan peragaan ini. Ramli berdiri dan berjalan seperti layaknya orang sehat. Padahal seharusnya pria yang sekarang berkepala plontos itu menggunakan kursi roda.
“Mas Ramli orangnya fight dan perfectionist. Semua maunya ditangani sendiri, tidak pernah mau merepotkan orang lain. Dia adalah aset bangsa, memiliki dedikasi yang sudah teruji, sangat setia sampai sepanjang kariernya sekarang," kata Mien Uno, sahabat Ramli yang terus mendampingi dan memeganginya penuh rasa sayang sebagai antisipasi kekhawatirannya takut bila sahabat tercintanya jatuh. “Dia hebat. Lihat saja semangatnya mengalahkan orang yang sehat," bisik Mien lagi sambil tersenyum.
Ramli mengakui sepanjang kariernya sudah membuat siluet bergaya klasik, feminin, dan anggun untuk para wanita. Sementara koleksi pria, dia menampilkan ragam jaket, baik dari batik maupun bahan polos yang diberi sentuhan bordir. Kemudian Ramli juga dikenal sebagai perancang yang membuat celana panjang batik, kemeja koko, koleksi tunik atau kaftan yang di era 80-90-an awal menjadi idola selama Ramadan dan Idul Fitri. “Ada banyak kenangan indah yang selalu saya syukuri dalam perjalanan karier saya hingga bisa seperti sekarang. Saya selalu mensyukuri apa pun yang Tuhan berikan dalam senang hingga rasa sayang Dia kepada saya dalam kondisi begini saya yakin ada hikmah terindah,” ujarnya bijak.
Selama sakit Ramli mengaku berada dalam situasi naik-turun. Kalau dirinya berasa tidak bisa menahan sakit, dia memilih tidur. Tapi ketika merasa lebih baik dan sehat, dia pun bekerja kembali. Malam itu Ramli menghadirkan seratus koleksi yang terdiri atas busana kasual, kantor, resort dress, gaun malam, busana muslim, kebaya, dan koleksi untuk pria. Pada koleksinya ini Ramli menggunakan kain batik Betawi, batik Sampang Madura, kain-kain Kepulauan Riau, hingga kain Tapis dan Sulaman Lampung. “Saya banyak didampingi dan didukung sahabat yang selalu mencintai saya dengan tulus. Karena mereka, saya bisa mempersembahkan karya untuk Indonesia,” ujarnya.
Malam peragaan Ramli kali ini memang bertabur tamu dan undangan, seperti Tresna Jero Wacik, Okke Hatta Rajasa, Ibu Tri Sutrisno, Yusnia Ali Alatas, beberapa istri menteri, Pia Alisyahbana, istri dari beberapa perwakilan kedutaan besar negara sahabat, para model seperti Henidar Amroe, Okky Asokawati, Citra, Itang Yunaz, Robby Tumewu, dan sebagainya. “Terima kasih teman, sahabat semua yang selalu mendukung dan mendampingi saya dengan setia dalam keadaan senang, susah, sehat, dan sakit seperti sekarang,” ujarnya.
HADRIANI P