TEMPO.CO , Denpasar: Para pembuat film dan foto dokumenter dari negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Thailand, Vietnam, Singapore dan Malaysia berkumpul menggelar sarasehan seputar karya dokumenter di Ubud. Mereka menggelar Festival Layar di Bawah Angin (Screen Below the Wind Festival) dari 16-18 November 2012.
Penggagas dan Direktur Festival Layar di Bawah Angin Iwan Setiawan mengatakan festival ini merupakan ruang pertukaran budaya dan sejarah Asia Tenggara melalui film atau foto dokumenter untuk para peminat dan pelaku film dan foto dokumenter (dokumentarian). "Festival ini kali pertama digelar dan menjadi sarana mempertemukan rekan yang selama ini saling mempengaruhi, yaitu pembuat film dan foto dokumenter, publik, pelaku media mainstream dan bisnis," ujar Iwan.
Festival Layar di Bawah Angin menghadirkan berbagai program yang menjawab kebutuhan dokumentarian seperti Workshop, Pemutaran Film Dokumenter dan Foto Esai, Sarasehan Dokumenter ASEAN, dan Berbagi Bersama Dokumentarian yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan.
Berbagai pihak yang peduli pada perkembangan media dokumenter dan kebudayaan Asia Tenggara akan meramaikan festival ini seperti Production House Dokumenter, Investor, Pembuat Film Dokumenter, dan Pembuat Foto Dokumenter.
Iwan mengatakan Festival Layar di Bawah Angin ingin mendorong jaringan bagi semua pelaku dokumentarian baik di kawasan Asia Tenggara maupun di luar. Festival ini diharapkan meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya dokumenter, menciptakan pasar yang komprehensif yang memperkenalkan bakat-bakat bertalenta sekaligus memantik perhatian khalayak pasar lokal dan internasional.
“Festival ini tergugah dari keyakinan bahwa Asia Tenggara adalah kawasan kaya keberagaman budaya yang telah menghasilkan karya dokumenter sejak dulu. Namun masyarakatnya sendiri belum sadar akan kekayaan dokumenter yang luar biasa ini,” kata Iwan.
Karena itu rencananya festival ini akan diselenggarakan dengan cara berkeliling ke negara-negara di Asia Tenggara. Tujuannya agar masyarakat Asia Tenggara secara luas dapat mengapresiasi hasil dokumenter, mengedukasi dokumentarian sekaligus memperluas jaringan.
ROFIQI HASAN
Berita lain:
Love In Paris:Gaya Kelas Atas,Masalah Kelas Bawah
Penulis Toys Story Dikabarkan Garap Star Wars VII
65 Judul Film Akan Diuji di Lawangsewu Festival
Film Sang Kiai Segera Syuting di Kediri
Di Film Terbaru, James Bond Biseksual?