TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari seratus pengarang Nusantara bakal berkumpul di Makassar, pekan depan. Mereka bakal mengupas nasib mereka dan perkembangan dunia sastra Indonesia saat ini.
Pertemuan Pengarang ini bakal dilaksanakan di Hotel Aston Benteng Fort Rotterdam Makassar pada 25-27 November mendatang. Acara ini semacam forum musyawarah untuk para pengarang Indonesia.
Baca Juga:
“Mereka dapat mengungkapkan masalah mereka, kelompoknya, atau masalah yang terkait dunia pengarang,” ujar Kurnia Effendi, ketua pelaksana pertemuan ini, saat konferensi pers di Galeri Cemara, Senin, 12 November 2012.
Dari acara itu, kata Kurnia, para pengarang ini akan membuat simpulan dan mencari jalan keluarnya. Mereka bisa saling mengoreksi diri, berdamai dengan sejarah, menyatukan semangat, dan membangun kekuatan melalui karya mereka.
Acara ini merupakan kelanjutan atau puncak Temu Sastrawan Indonesia di tujuh kota beberapa waktu lalu. Para peserta adalah pengarang atau perwakilan pengarang dari 34 provinsi. Selain berkonferensi, para pengarang ini juga bakal menampilkan aksi dan karya mereka.
Budayawan sekaligus penggagas acara ini, Radhar Panca Dahana, mengatakan keprihatinannya terhadap nasib para pengarang Indonesia. Mereka terpecah-pecah menurut kelompok, keyakinan, dan kepentingan masing-masing. Hal ini terjadi sejak dulu dan kian parah saat ini.
“Sektarian dan komunalisme negatif makin kuat menggejala. Jadi perjuangan sastra secara kolektif sulit dicapai, pengarang harus berjuang sendiri,” ujar Radhar yang aktif di Bale Sastra Kecapi.
Nasib pengarang seperti itu terjadi karena pengkotak-kotakan ideologis dan politis masa lalu. Radhar berpendapat para pengarang harus berani mengubah dan berdamai dengan masa lalu. “Semua tragedi dan trauma harus didamaikan demi masa depan,” ujarnya.
DIAN YULIASTUTI
Berita Terpopuler:
Soedirman dan Keris Penolak Mortir
Soedirman, Kisah Asmara di Wiworo Tomo
Cerita Kesaktian Soedirman
Soedirman, Bapak Tentara dari Banyumas
Soedirman, Sang Jenderal Klenik