TEMPO.CO, Jakarta - Tampil rapi dengan setelan jas, tanpa basa-basi, Jerome Thomas menggelitik penonton. Seniman sirkus Prancis ini berdiri di panggung dengan tangan kiri tergenggam. Tangan kanannya menarik sesuatu berwarna hijau dari genggaman kirinya. Sedikit demi sedikit muncul, penonton masih meraba sesuatu di tangan Thomas.
Muncullah 'sesuatu' berwarna hijau itu. Rupanya selembar kantong kresek. Yang dimainkan dengan kocak oleh seniman ini. Dia meniup, membiarkan plastik itu melayang tapi lekas ditangkap. Seperti anak kecil dengan ekspresi gembira memainkan plastik itu. Penonton pun terbahak, apalagi anak-anak kecil yang melihat atraksi Thomas di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu malam, 24 Oktober 2012. Dia tampil dalam acara Sirkus Kontemporer 'Duo' dari program Institut Prancis Indonesia (IFI).
Tak selesai meniup, Thomas pun membiarkan kresek tipis itu melayang sementara dia memutar tubuhnya. Seperti tingkah anak kecil yang mau pamer dia bisa menangkap plastik yang melayang itu. Tak hanya satu, dia pun mengambil kresek kuning, biru dan garis-garis.
“Jangan bilang dia mau juggling dengan kresek itu,” ujar seorang penonton penasaran melihat kresek-kresek itu. Tapi benar saja, pria yang mengenakan setelan celana-jas krem ini berjuggling dengan kresek itu.
Tepuk tangan menggema dengan atraksi Thomas yang berkolaborasi dengan Jean Francoiz Baez. Pria ini mengiringi Thomas beratraksi dengan akordeonnya. . Anak-anak makin terbahak dengan tingkah lucu Thomas yang dibuat kocak. Tak hanya kantong kresek, Thomas pun ber-juggling dengan tisu wajah yang sangat-sangat ringan. Dia menyobek tisu itu menjadi tiga bagian dan memainkan seperti kresek itu.
Baca Juga:
Jerome Thomas, seorang pemain sirkus, juggler dan Jean- Francois Baez- pemusik akordeon berkolaborasi menghasilkan dialog imajiner, mengawinkan seni musik dan juggling. Mereka mencoba mendialogkan harmonisasi di antara dua seni yang berbeda. Thomas menyuguhkan atraksi sirkus, badut, tari kontemporer, dan akrobatik. Sementara Baez dengan jari-jari lincah memainkan tuts akordeonnya.
Thomas yang belajar juggling bertahun-tahun untuk memanipulasi objek dan gerakan tubuh menjadi bahasa tubuh yang unik. Kadang dia bertingkah seperti anak-anak, tapi ada kalanya dia bertingkah dengan gaya centil seperti seorang perempuan.
Pada awal pertunjukan, dia menyuguhi penonton dengan tongkat dan juggling dengan bola. Mula-mula hanya dua-tiga bola. Lama-lama dia dengan lincahnya memainkan lima hingga enam bola. Tubuhnya juga lentur saat bola-bola, pin bowling dan tongkat membantunya.
DIAN YULIASTUTI