TEMPO.CO , Jakarta:Sekilas tak ada yang aneh dari kesenian karawitan yang dimainkan oleh 25 orang di Hari Bebas Kendaraan, Ahad, 21 Oktober 2012. Tangan kanan Agil Saiful Anwar, 25 tahun cekatan bergerak dari satu bilah ke bilah lainnya. Ketukannya pada bilah saron tepat mengiringi pentas musik karawitan itu. Semua pemain memainkan perannya dengan baik, seperti pemain alat musik kendang, bonang, slenthem, demung, saron, gambang maupun gong.
Namun sebenarnya, mereka luar biasa. Karena para pemain, termasuk sinden, penyandang tuna netra. "Kami berlatih khusus dua bulan sebelum tampil di sini," kata Agil seusai pentas, Ahad, 21 Oktober 2012.
Pemuda asal Boyolali ini berlatih di Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra di Kelurahan Jagalan, Jebres, Solo. Meski bermain karawitan tanpa melihat, seperti Agil lihai memukul bilah saron dengan pemukul kayu. Iramanya tepat dengan musik yang dimainkan secara keseluruhan. Delapan lagu dituntaskan seperti Gugur Gunung, Suwe Ora Jamu, dan Kuwi Opo Kuwi.
Agil mengaku tak kesulitan memainkan saron. Dia hafal letak setiap bilah beserta bunyi yang timbul kala dipukul. Alhasil, dia mampu mengimbangi permainan rekan-rekannya.
Pelaksana harian yayasan, Haryanto mengatakan kesenian karawitan menjadi salah satu keahlian bagi tuna netra. "Ada 110 anggota, 30 orang di antaranya menekuni kesenian karawitan," katanya. Lainnya dilatih memijat, membuat kerajinan tangan, dan kesenian lain seperti campur sari.
Menurutnya melatih tuna netra bermain karawitan justru lebih gampang. Sekali diajari dan diperdengarkan suara dan letak asal suara, mereka langsung paham dan bisa praktik. "Kalau yang (penglihatannya) normal, latihannya lebih lama. Harus melihat notasi dulu, menghafalkan baru praktik," ujarnya.
Kuncinya ada pada konsentrasi. Tuna netra lebih fokus dan konsentrasi menyerap setiap pelajaran. "Mereka punya daya ingat tajam dan lebih peka di pendengaran," dia melanjutkan.
Tak heran, hanya dalam waktu dua bulan rata-rata pemain karawitan tuna netra sudah ahli. Dari 25 pemain yang pentas hanya tiga senior. "Lainnya baru saja belajar," katanya.
Biasanya mereka pentas-sendiri maupun kelompok di hajatan pernikahan. Terkadang diminta ikut mengiringi pementasan wayang kulit. "Saya pernah diajak mengiringi pentas Ki Manteb Sudarsono dan Anom Suroto," kata Agil, yang kesehariannya menjadi pemijat.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita Terpopuler
Pekan Anak Muda ''Young and Creative Week''
Pesta Musik Blues Digelar di Jakarta Hari Ini
Anak Yatim Tampilkan Nasyid ''Skenario Cinta''
Nicki Minaj dan Rihanna Bersaing di American Music
Robin Thicke ''Goda'' Penonton di Java Soulnation