TEMPO.CO, Jakarta -Selama berada di Bontang, Kalimantan Timur, artis senior Ninik L. Karim menjadi rujukan kosakata baru bagi semua kru dan rombongan pembuatan film layar lebar 12 Menit untuk Selamanya. Film besutan sutradara Hanny R. Saputra yang dibuat di Bontang, Kalimantan Timur, ini menceritakan seluk-beluk pengalaman anak-anak yang mengikuti kegiatan marching band.
Mbak Ninik, demikian ia biasa disapa, berada di Bontang sejak Jumat lalu hingga Senin kemarin. Ia sering mengucapkan kata "kesia-siaan" untuk situasi apa pun. Seperti ketika dirinya diundang untuk menyaksikan peluncuran buku Bontang Berbudi Luhur, yang ditulis oleh bupati setempat, Adi Darma, dan wakilnya, Isro Umarghani, Sabtu malam lalu di Gelanggang Olahraga Bontang. Ninik tampak masygul karena belum menyantap makan malam, sementara acara berlangsung pada pukul 19.00-22.00 WIB. “Malam ini, saya kesia-siaan hadir di sini,” ujarnya, disambut geger tawa semua anggota rombongan.
Kemudian, pada Minggu malam lalu, dalam acara pelantikan dan jamuan makan malam di Kafe Singapura di Bontang, pidato Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak, yang berlangsung berjam-jam, membuatnya kesal. Padahal malam itu Ninik sudah berdandan habis-habisan. Ia berkebaya hijau dan sempat ke salon, pokoknya berdandan habis. “Malam ini juga kesia-siaan saya datang makan malam larut, pokoknya menyebalkan,” ujar dosen psikologi sosial di Universitas Indonesia ini.
Ninik, yang pernah menjadi anggota teater Popular garapan Teguh Karya, juga melontarkan kata kesia-siaan kembali ketika menjadi juri dalam acara Bontang City Carnival di Jalan Awang Long, yang dilanjutkan ke Jalan Brigjend Katamso, Jalan W.R. Supratman, Jalan D.I. Panjaitan, dan Jalan K.S. Tubun. Sebagai juri, Ninik dengan serius melaksanakan tugasnya.
Namun lagi-lagi Ninik direpotkan urusan permintaan Gubernur Awang Faroek Ishak, yang hendak duduk di deretan kursi VVIP. Dasar ibu dosen, Ninik langsung marah dan berbicara tegas, “Saya kembali keluarkan kosakata baru kesia-siaan. Saya katakan kepada Pak Gubernur, saya ke sini untuk menjadi juri, bukan menjadi tamu yang kesia-siaan. Syukur beliau tak marah dan memahami tugas saya,” ujar Ninik panjang-lebar.
Nah, gara-gara kosakata inilah, di sepanjang jalan bersama rombongan pembuatan film 12 Menit untuk Selamanya, Ninik sering diledek, “Wah, Mbak Ninik kesia-siaan nih selalu dan selalu ya, Mbak,” kata seorang wartawan media cetak yang bergurau saat semua anggota rombongan hendak bersantap malam di restoran Sari Indah Bontang Koala. Ninik kalah cepat dan akhirnya tidak bisa menikmati sambal gami kerang, yang diserobot oleh para kru.
Ninik hanya tersenyum sambil berujar singkat, “Ya, enggak apa-apa yang penting perutku warek (kenyang) tanpa kesia-siaan he-he,” katanya sambil terkekeh. Iya deh, Mbak! HADRIANI P