TEMPO.CO, Jakarta - Band dedengkot death metal asal Amerika Serikat, Cannibal Corpse, sukses "menyiksa" ribuan metalhead (pencinta musik metal) di Tanah Air. Konser tersebut berlangsung di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Jumat malam, 12 Oktober 2012.
Para personelnya: Alex Webster, Paul Mazirkiewicz, George "Corpsegrinder" Fisher, Patrick O'Brien, dan Rob Barret muncul di atas panggung pada pukul 20.30 WIB. Tanpa basa-basi mereka langsung menghajar penonton dengan lagu Demented Agression.
Sebagai pintu gerbang aksinya, lagu dengan dominasi blasting drum itu berhasil memancing penonton untuk menikmati dengan kebiasaan khas para metalhead, yaitu membuat circle di depan pit. Bagi orang awam, pemandangan tersebut terlihat mengerikan karena berisiko membuat cedera.
Dua lagu selanjutnya, Sarcophagic Frenzy dan Scourge of Iron menggema di venue sebelum Fisher dkk istirahat sebentar untuk sekadar mengambil napas. Satu menit berselang, bekas vokalis Monstrosity itu sempat mengarahkan penonton agar tak bersuara sebelum akhirnya kembali beraksi dengan lagu Disfigured.
Seperti yang dijanjikan Revision Entertaiment, promotor konser itu, penampilan Cannibal Corpse bakal terasa spesial di Jakarta. Terbukti, suara dari sound system begitu stabil keluar dari awal hingga konser berakhir. Growling milik Fisher dan instrumen lainnya terdengar pas tanpa ada yang mendominasi.
Selain itu, Cannibal Corpse juga enggan diisi oleh band pembuka di konsernya. Fisher dkk dan promotor ingin membuat exclusive show untuk penggemar yang sudah lama menanti kedatangan Cannibal Corpse.
Sebelum membawakan lagu I Cum Blood yang dicomot dari album ketiganya, Tomb of The Mutilated, Fisher sempat memprovokasi penonton agar lebih gila lagi menikmati alunan musik cadas mereka. "Kalian sudah lelah atau masih mau lagi? Kalau mau, teriak semuanya!" Fisher berteriak.
Aksi Cannibal Corpse di Jakarta merupakan tur untuk mempromosikan album terbarunya, Torture, yang dirilis tahun 2012. Tapi, dari 20 lagu yang dibawakan semalam, Fisher dkk juga mengambil beberapa lagu dari kesebelas album lainnya. Maklum, Indonesia terbilang basis penggemar terbesar Cannibal Corpse setelah di Amerika.
Band yang dibentuk pada 1988 ini sempat menuai kontroversi di beberapa negara. Lirik dan sampul album Cannibal Corpse dianggap terlalu sadis lantaran terinspirasi dari film-film penjagalan. Walhasil, sampul album Tomb of Mutilated pernah disensor di beberapa negara seperti Jerman. Bahkan, ada juga negara yang melarang penjualan album itu.
YAZIR FAROUK
Berita Lain:
Selamatkan Bocah, Anjing Ini Kehilangan Moncongnya
99 Tahun Penjara untuk Ibu yang Lem Bayinya
Secret Service Mabuk Saat Kawal Obama
Paspor Thaksin Shinawatra Akan Dicabut Lagi