TEMPO.CO, Jakarta - Para sejarawan, arkeolog, dan sastrawan akan berpadu dalam satu forum yang cukup unik. Mereka akan hadir dalam acara Musyawarah Agung Penulis Cerita Silat dan Sejarah Nusantara.
“Acara ini memang untuk menyatukan mereka dalam suatu forum. Belum pernah ada wadah bagi mereka,” ujar Yoke Darmawan, Direktur Festival Borobudur Writer and Cultural Festival, saat konferensi pers di Cikini, 6 Oktober kemarin.
Acara pertemuan ini akan berlangsung di aula Hotel Manohara, Borobudur, Magelang pada 29-31 Oktober mendatang. Acara ini akan menghadirkan puluhan arkeolog, sejarawan, sastrawan, penulis, dan penulis cerita silat Nusantara.
Yoke mengatakan para pembicara akan membeberkan pandangan dan proses kreatif serta fakta-fakta ilmiah yang mereka kerjakan. Forum ini, kata Yoke, tidak hendak menyaingi festival atau forum penulis yang lain dan mengadili para sastrawan. “Biarkan mengalir dan tumbuh,” ujarnya.
Puluhan nama penulis, sastrawan, arkeolog, dan sejarawan siap berkecimpung dalam forum ini. Seperti Arswendo Atmowiloto, Romo G Budi Subanar, SJ, Sutrisno Murtiyoso. Seno Gumira Ajidarma, Bambang Budi Utomo, dan Yudhi Herwibowo. Bagi pencinta cerita Syekh Siti Jenar, bisa menggali informasi dari pembicara Abdul Munir Mulkhan, Agus Sunyoto, dan KH Moh Sholikhin. Beberapa arkeolog seperti Agus Aris Munandar dan Agus Widiatmoko juga hadir.
Ada pula sesi untuk menapak tilas Nusantara dari pandangan Aan Merdeka Permana dan Nigel Bullough yang menapaktilasi Kerajaan Negarakertagama dan Fendi Siregar. “Fendi akan membeberkan foto-foto napak tilas lokasi dari Surat Centhini,” ujar Adi Wicaksono, salah satu panitia.
Beberapa hal yang akan banyak diulas di antaranya adalah tokoh Gajah Mada, Syekh Siti Jenar, dan cerita silat lain yang berlatar belakang sejarah Nusantara.
DIAN YULIASTUTI