TEMPO.CO, Jakarta - Seseorang yang mengaku sebagai "Moslem Hacker" meretas laman situs film The Act of Killing besutan sutradara Joshua Oppenheimer. Laman situs ini kini hanya berwarna hitam dengan tulisan berbahasa Inggris, Arab, dan gambar gagang pedang menusuk tengkorak bergambar bendera Israel. Ada pula gambar bendera Israel terbakar di bagian bawah.
Laman situs ini semula bergambar patung ikan raksasa di dengan beberapa perempuan dan dua laki-laki menari di pinggir sebuah danau. Tertulis di poster berlatar warna ungu, film ini telah diputar di dua festival yakni Festival Film Internasional Toronto dan Telluride tahun ini.
Film ini sendiri telah mendapatkan pujian dalam resensi film di laman situs Guardian. Chaterine Shoard dari Guardian mengutip pernyataan sutradara, penulis skenario Jerman, Werner Herzog. “Sebuah film yang paling mengerikan, sangat nyata dan terbaik setidaknya dalam satu dekade ini.”
Film The Act Of Killing ini menceritakan kisah tukang jagal pada saat ramai peristiwa G30S pada 1965. Bercerita tentang seorang preman bernama Anwar Congo yang menjadi penjagal mereka yang terlibat PKI. Dia dan teman-temannya menggambarkan kegiatan itu dalam sebuah proyek film dengan judul Arsan dan Aminah. Anwar sendiri menulis naskah dan ikut bermain dalam film itu.
Film ini telah menarik simpati dari masyarakat perfilman. Film yang dibuat Joshua ini merupakan film dokumenter berbahasa Indonesia dan berdurasi 149 menit. Proses produksi film ini dilakukan di Medan dalam kurun waktu yang cukup lama antara 2004-2011.
DIAN YULIASTUTI
Berita Terpopuler
Dianggap Tak Tegas, SBY Panen Pujian di Luar Negeri
SBY Belum Berniat Panggil Kapolri
Rencana Audit KPK Dinilai Akal-akalan
DPR Gempur KPK Lewat Audit
Soal Penyidik, KPK Butuh yang Pasti-pasti Saja