TEMPO.CO, Yogyakarta - Meski kampanye anti-pembajakan karya seni terus disuarakan pemerintah dan para musikus Tanah Air, perang pada plagiarisme di bidang musik seperti masih jalan di tempat.
Band Superman Is Dead (SID) merasa galaknya kampanye anti-pembajakan belum mampu memberantas pembajakan itu sendiri. "Melawan pembajakan masih sangat sulit, kami pun kesulitan," kata Bobby Kool, gitaris dan vokalis SID, di Yogyakarta, Jumat, 14 September 2012.
Grup musik rock asal Bali yang beranggotakan Bobby Kool, Eka Rock, dan Jerinx ini menyatakan sukses tidaknya pemberantasan kejahatan pembajakan sangat bergantung pada ketegasan pemerintah dalam menyelidiki dan menindak para oknum yang ada di balik distribusi penggandaan karya secara ilegal.
"Tapi, ya, gitu deh kondisinya, kami enggak bisa apa-apa karena masih banyak oknum pembajak berkeliaran," kata pemain bas, Eka.
Selain mengharapkan penegakan hukum, band yang tenar dengan lagu Jika Kami Bersama dan Kuta Rock City itu memulai upaya anti-pembajakan dengan cara mereka sendiri. Bagaimana caranya?
Sebagai sebuah kelompok musik yang berangkat dari jalur independen, band SID yang telah menghasilkan tiga album produksi sendiri dan enam album dari label itu telah memiliki basis massa cukup kuat.
Para Outsider dan Lady Rose--sebutan fans SID--ini yang digarap agar tetap memiliki loyalitas dan rasa penghargaan. "Secara tekun kami mengadakan pertemuan dengan fans sembari membangun kedekatan juga loyalitas," ujar Eka. "Sehingga pada akhirnya tumbuh rasa menghargai dengan menolak membeli barang bajakan."
PRIBADI WICAKSONO
Berita terpopuler lainnya:
Tiket Breaking Dawn Part 2 Dijual 1 Oktober
Demam Gangnam Style di Selebritas Dunia (3)
Psy, Oppa Gangnam Style (2)
Festival Kendedes Diikuti Perwakilan Asing
Simponi Menang Lomba Musik Anti-Korupsi Dunia
Personelnya Sakit, Duran Duran Batal Konser di AS
Soulfly Bawa Peralatan 2 Ton ke Jakarta
Mudahnya Memboyong Cannibal Corpse dan Soulfly