TEMPO.CO, Jakarta - Seniman Putu Wijaya sejak Senin lalu dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ia dirawat karena diduga terjadi penggumpalan darah di batang otaknya. "Kesimpulan dokter sementara begitu," ujarnya saat dibesuk Tempo di Paviliun Kencana 314, RSCM, Jumat, 7 September 2012.
Putu yang ditemui seusai dibilas petugas rumah sakit terlihat segar. Duduk di kursi roda, ia memakai topi khasnya berwarna putih. Kepada Tempo, ia bercerita sedikit mengenai apa yang dialaminya.
"Tangan dan kaki saya kesemutan," ujarnya. Hal tersebut membuatnya harus duduk di kursi roda. "Kalau berdiri, saya jatuh ke kiri," ujarnya. Ia juga menyatakan telinganya terus berdengung sehingga meminta orang-orang yang berbicara padanya harus mengeraskan suara. "Soalnya tak jelas terdengarnya apa," ujar Putu.
Atas kondisinya itu, ia telah menjalani dua kali pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging). Simpulan pertama diambil dokter dari hasil MRI Selasa lalu. Untuk memperkuat dugaan tersebut, kemarin Putu kembali menjalani MRI. "Hasilnya akan keluar hari ini," ujarnya. Hasil pemindaian ini akan digunakan sebagai referensi langkah apa yang harus dilakukan untuk mengusir sakitnya.
Putu terlihat tak sabar ingin sembuh. "Sudah empat hari saya tidak diapa-apain," katanya. Namun ia mengatakan percaya apa pun yang dilakukan dokter padanya. "Ia teman lama, jadi pasti bakal memberi yang spesial."
Dewi Pramunawati, istri Putu, mengatakan gejala sakit Putu sudah tampak sejak minggu kedua bulan puasa. "Awalnya kesemutan di ujung kaki dan tangan," ujarnya. Setelah itu, kesemutan makin parah sehingga untuk berjalan Putu perlu dibopong.
Ia menyatakan kemungkinan kondisi itu timbul akibat Putu pernah beberapa kali jatuh saat pentas teater. "Terakhir jatuh tahun lalu di Kudus, keras sekali jatuhnya," ujarnya. Ia mengutip pernyataan dokter yang mengatakan banyak pemain bola mengalami penggumpalan darah di batang otak karena sering terjatuh di lapangan hijau.
Putu, dia mengungkapkan, juga bak seorang pemain bola. Ia dianggapnya sebagai sosok yang jarang sakit, amat bugar, dan energik. Tapi, saking energiknya, jika sedang mengolah tubuh di dalam pentas, ia suka tak bisa mengendalikan diri, lalu terjatuh.
Suaminya juga bukan orang yang suka mengeluh sakit. Karena itu, kondisi yang terjadi pada saat Lebaran ini segera direspons Dewi. Ia bolak-balik membawa suaminya ke ahli saraf. "Di Semarang dan di Jakarta, (ahli saraf) hanya kasih vitamin," ujarnya.
Namun kondisi Putu tak kunjung membaik. Setelah berkonsultasi dengan dokter, rupanya yang dialami Putu tak berkaitan dengan saraf, namun menyerang otak. "Khawatir kondisi makin buruk, kami bawa ke RSCM Senin sore," ujarnya. Setelah empat hari dirawat, kemungkinan besar Putu akan menjalani operasi pada akhir pekan ini. "Soalnya dokter bilang dalam seminggu ini harus operasi," ujarnya.
Meski sakit, kreativitas Putu tak berhenti. Empat hari terbaring, ia masih rajin membikin tulisan. "Kemarin ngetik sendiri, tadi saya bantu sedikit," ujar Dewi. Ia mengatakan, bagi suaminya, hal tersebut seperti obat. "Menulis baginya hiburan."
Dewi meminta kepada semua yang mengenal Putu Wijaya untuk mendoakan kesembuhannya. Ia berharap kondisi seperti ini segera berakhir agar Putu bisa berkarya kembali.
M. ANDI PERDANA
Terpopuler:
Test Pack, Bukan Kisah Cinta yang Menye-Menye
Tari Bawah Laut Akan Meriahkan Sail Morotai
Benteng Vredeburg Gelar Pekan Apresiasi Museum
Personelnya Sakit, Duran Duran Batal Konser di AS
Soulfly Bawa Peralatan 2 Ton ke Jakarta
Mudahnya Memboyong Cannibal Corpse dan Soulfly