TEMPO.CO, Surabaya -- Kisah Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan seperti tak habis digali. Setelah terbit serial buku tentang Dahlan, kini muncul lagi buku berjudul Tertawa Setengah Mati ala Dahlan Iskan.
Seperti judulnya, buku setebal 190 halaman ini jauh dari kesan serius dan berat karena isinya hanya seputar kisah-kisah lucu dan konyol Dahlan selama menjadi wartawan Tempo dan Jawa Pos.
Penulisnya, M. Djupri, memungut 99 buah kisah lucu yang dituangkan ke dalam buku tersebut. Djupri, wartawan Suara Indonesia era 1988-1991, mengumpulkan peristiwa-peristiwa jenaka itu saat korannya merger dengan Jawa Pos di Surabaya pada akhir 90-an. "Di situ saya kenal Pak Dahlan," kata Djupri, 60 tahun, kepada Tempo, Jumat, 24 Agustus 2012.
Selama mengumpulkan kisah-kisah lucu Dahlan, Djupri dibantu oleh teman-temannya, eks wartawan Suara Indonesia, antara lain Toto Sonata, Amang Mawardi, dan Sugeng Irawan. "Kami diam-diam mencatat kisah-kisah unik itu, tapi baru sekarang kepikiran untuk membukukannya," kata Djupri.
Di antara kisah lucu itu, kata Djupri, ialah saat Dahlan didamprat pelanggan Jawa Pos karena korannya telat dikirim. Dahlan, pemimpin redaksi, yang menerima omelan sang pelanggan lewat telepon, langsung mengantarkan sendiri korannya dengan sepeda motor. "Sampai di rumah pelanggan, Dahlan masih diomeli. Tapi dia malah mengucapkan terima kasih," kata Djupri.
Kisah lucu lain adalah ketika Dahlan menumpang mobil boks perusahaan ketika pergi ke Madiun. Di perjalanan, Dahlan, yang sudah jadi bos Jawa Pos, membeli beberapa bungkus nasi pecel.
Pertanyaan dalam hati sopir boks terjawab saat Dahlan meminta berhenti di tepi hutan Saradan menjelang dinihari. Ia lalu memanggil-manggil nama Sarimin. Seorang pria sepantaran Dahlan tergopoh-gopoh keluar dari rumahnya yang sederhana.
"Kowe wis mangan apa durung? Nek durung, iki lho tak gawakne pecel (Kamu sudah makan apa belum? Kalau belum, ini loh saya bawakan pecel)," kata Dahlan kepada Sarimin, yang ternyata temannya menggembala kambing di Magetan semasa kecil.
Djupri mencetak bukunya sebanyak 2.000 eksemplar dan menjualnya dengan harga Rp 36 ribu. Namun toko buku yang dititipi telah mengontak agar segera dicetak ulang karena pembelinya cukup banyak. "Dahlan juga sudah baca. Komentar dia pendek saja: buagus," kata Djupri.
KUKUH S WIBOWO
Berita lain:
Serba-serbi Dahlan Iskan
Foke ''Emoh'' Monorel, Dahlan Tak Masalah
3 Keinginan Dahlan Iskan setelah Sembuh
Balada Dahlan Iskan dan Mobil Listrik Nasional
Dahlan: 70 Persen BUMN Menyuap Kala Tender