TEMPO.CO, Jakarta - Emotionless (Crystal Liu Yifei) hidup di Cina pada masa kedinastian. Muda, cantik, dan menawan, namun cacat. Ia tak bisa menggerakkan kedua kakinya. Ke mana pun ia pergi, Emotionless harus menunggangi kursi roda.
Tapi Emotionless punya kehebatan. Dia bisa membaca pikiran dan hati orang. Bahkan dia tak memerlukan pertolongan orang atau tangannya sendiri untuk menggerakkan kursi rodanya. Emotionless cuma perlu memfokuskan pikirannya, dan berjalanlah kursi itu sesuai arah yang dimauinya.
Karena kelebihannya, Emotionless bergabung dengan Divisi Ilahiah: satuan detektif yang berada langsung di bawah Kaisar. Sama seperti Emotionless, anggota lain punya kelebihan. Misalnya, Metal Hand (Collin Chou) yang memiliki tangan sekuat baja; Life Chaser (Ronald Cheng) si pencabut nyawa; dan Cold Blooded (Deng Chao), lelaki yang bisa berubah menyerupai serigala ketika murka. Dan tugas mereka satu: mencari gembong pemalsu uang.
The Four merupakan film garapan sutradara Gordon Chan, pencipta Fist of Legend, film yang menampilkan Jet-Li; atau Medallion, dengan Jackie Chan di dalamnya. Sama seperti film terdahulu, di The Four, Chan menyuguhkan cerita yang sarat kungfu. Terbang, loncat, pukul, tangkis, tendang, serta tenaga dalam, memenuhi film berdurasi 119 menit itu.
Meski banyak unsur bela diri, kalau diperhatikan dengan teliti, penampilan The Four malah seperti film produksi Marvel. Kesamaan itu bisa dilihat dari penokohan yang dibuat Gordon Chan. Misalnya, Emotionless yang duduk di kursi roda, cacat, tapi memiliki kemampuan telepati serta menggerakan benda, mirip Prof X. Ada juga Life Chaser yang konyol dan menggampangkan keadaan, seperti Iron Man; atau Cold Blooded yang berubah buruk rupa tiap kali marah, layaknya Hulk.
Jadi, kalau dilihat keseluruhan, The Four adalah representasi film Marvel di Cina.
Yang membuat The Four begitu Mandarin adalah kemunculan mayat hidup. Memang bukan vampir pengisap darah yang hadir dalam The Four, tapi mayat yang sengaja dihidupkan dengan ilmu sihir. Lucunya, cara penghidupan mayatnya menggunakan jarum yang ditusuk di bagian kepala. Sudah mirip dengan proses pengubahan kuntilanak menjadi perempuan cantik. Tusukan paku di ubun-ubun.
Untuk menonton The Four, penonton harus mengerahkan konsentrasi tingkat tinggi. Kenapa? Karena pemain berdialog dalam bahasa Cina yang tak familiar dengan telinga banyak pemirsa. Lalu teks? Sebab berbahasa Mandarin, teks terjemahan pun dobel. Teks Inggris yang merupakan bawaan film The Four, dan Indonesia. Memaksa mata melihat banyak huruf.
Tak hanya itu, Gordon Chan juga memberikan naskah yang berat. Membuat kalimat pada teks terjemahan sulit dipahami. Harus teliti dibaca dan jangan lengah pandangan dari layar. Atau penonton bakal mengernyitkan dahi untuk beberapa saat karena tak mengerti maksud omongan si tokoh. Dan pada awal film, rada sulit menghafal wajah para tokoh karena perawakan mereka tak berbeda jauh. Setelah rada lama, barulah bisa menghafal wajah nama karakter The Four.
Kalau Anda pengin melihat film aksi tapi bosan dengan garapan Hollywood, mungkin The Four bisa jadi alternatif tontonan di akhir pekan. Tapi jangan terlalu berharap banyak di sini. Karena para jagoannya terlalu baik, rivalnya cukup bodoh, dan penjahatnya terlalu licik. Jadi tak ada adegan mengejutkan di sini.
THE FOUR
Sutradara: Gordon Chan
Pemain: Collin Chou, Anthony Wong, Crystal Liu Yifei, Ronald Cheng, Chao Deng, dan Sheren Tang.
Durasi: 119 menit
Genre: Aksi-fiksi
Produksi: Enlight Media
CORNILA DESYANA