TEMPO.CO, Yogyakarta - Musikus Dik Doank menyatakan bahwa membudayakan pendidikan seni sejak usia dini pada anak akan sangat mempengaruhi daya cipta kreativitasnya di masa depan. Pendidikan seni, seperti budaya menggambar, kata musikus bernama asli Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denada Kusuma ini, menjadi hal penting dalam pengembangan imajinasi anak.
“Dalam seni itu ada sebuah semangat, yakni mencipta. Jika dibudayakan terus, maka anak akan terus terangsang menciptakan banyak penemuan baru,” kata Dik di sela talkshow "Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah" di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat petang, 27 Juli 2012.
Baca juga:
Hal inilah yang melatarbelakangi musikus 43 tahun ini juga menciptakan sebuah wadah pembudidayaan seni bagi anak bernama “Kandang Jurang Doank”, yang sampai sekarang menjadi sarana pendidikan anak-anak. Kandang Jurank Doank yang dirintis sejak tahun 1993 itu mengambil metode pembelajaran dan pembudayaan seni yang menitikberatkan pada seni menggambar. “Tak perlu yang susah dulu, mulai dari yang dekat di sekitar, seperti alam, sawah, angin yang mendesau, lumpur, kerbau, lalu bertahap,” kata dia.
Pembudayaan seni ini, menurut dia, juga membuat mental anak tidak 'kering' oleh ide dan kreativitas. “Dengan semangat itu, mental bangsa Indonesia pun akan lebih dikenal sebagai bangsa pencipta, bukan penjiplak,” kata dia.
Dik menyesalkan gempuran kepraktisan budaya Barat di satu sisi telah membutakan dan membuat anak bangsa terlena dan berhenti mengungkapkan ekspresi seni, seperti menggambar yang butuh ketelatenan. “Tinggal dengan gadget berteknologi tinggi, anak jadi malas menggambar manual. Di sisi lain, fakta menunjukkan, makin sedikit di Indonesia ditemukan penemu,” kata dia.
Baca juga:
Dalam kegiatan itu, UMY melibatkan lebih dari 1.800 anak yatim, kaum duafa, serta anak berkebutuhan khusus untuk buka bersama.
PRIBADI WICAKSONO