TEMPO.CO, Jakarta - Sukses dengan karya pertamanya, Sri Asih, RA Kosasih kembali melahirkan sosok suberhero wanita yang kemudian dinamai Siti Gahara. Dua karya ini lahir karena kekagumannya pada sosok wanita perkasa.
Dua karakter wanita Sri Asih dan Siti Gahara tak banyak perbedaan. Menurut Kosasih, keduanya cantik, sakti, penolong kaum lemah. Bedanya, Sri Asih mengenakan kostum wayang Sunda, sedangkan Siti Gahara mengenakan celana Aladin dari kisah 1001 malam.
Tak berhenti di situ, Kosasih kemudian melahirkan serial Sri Dewi. "Saya terpengaruh komik Flash Gordon, ketika saya membuat edisi Sri Dewi Kontra Dewi Sputik," kata Kosasih saat diwawancarai wartawan Tempo, Leila S. Chudori, pada 1991.
"Saya mau menunjukkan, tradisi lawan modern tidak selalu dimenangkan yang modern. Sri Dewi harus menang, ha ha ha...," kata putra bungsu pasangan Raden Wirakusuma-Sumami yang pernah mengenyam pendidikan Hindia Belanda, Hollandsch Inlands School (HIS) Pasundan ini.
Bencana datang. Ketika Kosasih menikmati derasnya inspirasi, Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat, organisasi organ PKI) menuding komik-komiknya mencerminkan kebudayaan yang kebarat-baratan. Omzet komik Kosasih turun secara umum. Sementara, komik produksi Republik Rakyat Cina membanjir menggantikan komik yang dianggap kebarat-baratan.
RA Kosasih kini tutup usia. Ia meninggal dunia di usia 93 akibat jatuh di rumahnya, di kawasan Rempoa, Tangerang Selatan, Selasa dini hari, 24 Juli 2012. Sebelumnya, ia sempat dirawat di rumah sakit karena penyakit jantung dan paru-paru. Jenazah Bapak Komik Indonesia ini kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir siang hari tadi.
RINA WIDIASTUTI | LEILA S. CHUDORI
Berita terpopuler lainnya:
Ruhut Tuding Nasdem Alihkan Isu
Masjid Ini Berdiri Kokoh Tanpa Semen dan Besi
Miranda Tetap Gaya dengan Baju Tahanan
Mark Hughes Memuji Penampilan Persebaya
Ramalan Presiden untuk Pemilu 2014
KPK Temukan Transaksi Mencurigakan Hambalang