TEMPO.CO, Jakarta - Jon Lord, salah seorang pendiri grup musik rock legendaris Deep Purple, telah sekian lama berjuang melawan kanker pankreas. Emboli fatal yang menyerang paru-parunya membuat dia menyerah. Dikelilingi anggota keluarganya, Jon mengembuskan napas terakhirnya di Klinik London, Inggris, 16 Juli 2012. Perjuangan pemain keyboard bernama lengkap Jon Douglas Lord itu melawan kanker pankreas selesai sudah. Ia meninggal dunia di usia 71 tahun.
Kepergian Lord diumumkan secara resmi melalui situs resmi Deep Purple. Meski telah pensiun sejak 2002, nama Lord memang tidak bisa lepas dari grup rock asal Inggris itu. Ia merupakan salah satu pendiri kelompok musik yang dianggap sebagai salah satu pelopor musik heavy metal bersama Led Zeppelin dan Black Sabbath itu. Selain bermain keyboard, ia ikut menulis beberapa lagu Deep Purple. Tak sedikit di antaranya yang berhasil merajai tangga lagu musik rock dunia, termasuk Smoke on the Water.
Dilahirkan di Leichester, 4 Juni 1941, rentang karier bermusik Lord lumayan panjang. Di usia dini ia mulai memupuk bakatnya dengan belajar piano klasik, sebelum beralih ke jazz dan R&B ketika remaja. Lord hijrah ke London pada usia 19 tahun untuk melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah drama. Di kota ini ia makin sering menunjukkan bakat bermusiknya di pub dan bar di kota itu. Ia kemudian bergabung dengan grup band The Artwoods yang sempat merajai tangga lagu Inggris pada 1966 lewat single I Take What I Want.
Lord juga sempat membentuk grup band Santa Barbara Machine Head dan tergabung dalam The Flowerpot Men. Pertemuannya dengan Ritchie Blackmore pada Desember 1967 menjadi cikal-bakal terbentuknya Deep Purple. Bersama Nick Simper, pemetik bas di The Flowerpot Man yang belakangan bergabung, Lord dan Blackmore kemudian merekrut Rod Evans dan Ian Paice untuk mengisi posisi vokal dan penabuh drum.
Setelah sempat menamakan diri sebagai Roundabout, pada Maret 1968 mereka resmi menjadi Deep Purple. Deep Purple sendiri diambil dari judul sebuah lagu yang cukup populer pada 1920-an dan kembali populer pada 1963 ketika dibawakan kelompok Nino Tempo And April Steven. Inilah formasi awal Deep Purple. Sayang, formasi ini tak berlangsung lama. Pada 1969, Simper dan Evans hengkang. Posisi mereka ini digantikan oleh Roger Glover pada bas dan Ian Gillan pada vokal.
Pada formasi inilah Deep purple menuai kesuksesan. Lagu-lagu mereka merajai tangga lagu di Inggris, Amerika, dan dunia. Sayang, formasi ini kembali pecah. Dalam perjalanannya, Deep Purple tak kurang dari delapan kali bongkar pasang personel. Bahkan, untuk menandai kekhususannya, setiap formasi itu diberi nama “Mark”. Maka jadilah, Deep Purple versi formasi Mark I hingga saat ini, Mark VIII. Meski bergonta-ganti personel untuk instrumen lain, Lord tetap setia sebagai personel tetap. Sentuhan jemari Lord di tuts kibor menjadi kunci sukses lebih dari setengah perjalanan karier Deep Purple. Tercatat, Deep Purple berhasil menjual total 150 juta kopi album hingga 2002.
Tak hanya terkenal sebagai keyboardist andal dengan permainan Organ Hammond yang unik dan sulit ditiru, ia juga mampu menggabungkan musik rock dengan klasik. Ia memperkenalkan rock yang orkestral dan kaya warna. Pada 1969 untuk pertama kali Deep Purple tampil sepanggung dengan Royal Philharmonic Orchestra di Royal Albert Hall, London. Ketika Deep Purple mengalami kevakuman pada 1976-1984, Lord banyak mengerjakan proyek solo, salah satunya album berjudul Sarabande yang dirilis pada 1976. Dia juga sempat bergabung dengan band lain seperti Whitesnake and Paice dan Ashton and Lord.
Lord akhirnya mengundurkan diri pada 2002. Sosok yang pernah dianugerahi Doctor of Music dari University of Leicester itu memilih bersolo karier dan memilih musik di luar rock. Pada Maret 2010 dia sempat mengeluarkan album instrumentalia berjudul To Notice Such Things. Album ini berisi komposisi orkestra untuk flute, piano, dan string orchestra. To Notice Such Things sendiri diambil dari lagu utama berjudul serupa yang berdurasi sekitar 27 menit. Terakhir, pada 2011, Lord juga sempat mengeluarkan album live berjudul Jon Lord Blues Project. Meski penyakit menggerogoti tubuhnya, Lord memang tak berhenti berkarya. Seperti tertulis dalam situs miliknya, “Bagi saya menulis lagu adalah bagian dari terapi penyembuhan.”
NUNUY NURHAYATI | BERGABAI SUMBER
Berita Terpopuler:
Sylvester Stallone: Biarkan Anak Saya Tenang
Katie Holmes dan Suri Kecelakaan
Hengky Kurniawan Berharap Bisa Rujuk
Jabatan Penting Ahmad Dhani di GP Anshor