TEMPO.CO, Surakarta - Panitia penyelenggara Solo Batik Fashion 2012 dengan tegas menolak kehadiran batik printing dalam ajang yang akan digelar Jumat-Minggu, 13-15 Juli 2012. Ketua Panitia Djongko Raharjo mengatakan batik printing bukan batik. “Melainkan tekstil yang dibuat dengan motif batik,” kata dia, Rabu 11 Juli 2012.
Dia mengatakan jika tekstil motif batik nekat ditampilkan, gelaran itu tidak ada bedanya dengan tekstil lain seperti garis dan kotak. Karena itu dia berharap sebanyak 31 desainer yang ikut dalam Solo Batik Fashion menampilkan batik tulis atau minimal batik cap.
Masalahnya, sasaran Solo Batik Fashion tidak sekadar pertunjukan karya dan kreasi desainer tentang batik. Tapi ada sisi edukasi bahwa batik merupakan bagian dari warisan budaya. “Dengan memakai batik non-printing, berarti ikut andil dalam penghargaan budaya,” ujarnya.
Dalam acara itu setiap desainer akan menampilkan delapan karya. Dalam sehari setidaknya akan ada 80 karya yang ditampilkan. “Peserta tidak hanya dari Solo, tapi juga Yogyakarta dan Semarang,” katanya.
Tahun ini temanya Echo Rejuvenation, yang diartikan sebagai gaung untuk sesuatu yang lebih baik, yakni batik. Dari acara itu diharapkan muncul sesuatu yang baru, semisal motif, warna, dan kreativitas.
Solo Batik Fashion digelar di depan patung Slamet Riyadi di kawasan Gladag, mulai pukul 19.30 WIB. Di situ akan ditempatkan panggung memanjang ke arah barat sepanjang sekitar 25 meter selebar enam meter. Penonton tak dipungut biaya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Widdi Srihanto, mengatakan acara tersebut sebagai bagian dari upaya Solo menjadi ibu kota batik. “Harapannya Solo tidak hanya terkenal dengan produksi batiknya. Tapi juga berbagai model batik yang menarik,” katanya.
Sebelumnya, dia menuturkan, pelaksanaan Solo Batik Fashion digelar di Stasiun Kota atau Stasiun Jebres, dengan latar belakang kereta uap kuno Jaladara. Namun dalam keputusan akhir dipilih Gladag, dengan latar belakang patung Slamet Riyadi.
Widdi berharap desainer Solo dapat terus berkarya dan menampilkan karya terbaik, sehingga pengembangan batik benar-benar berpusat di Solo.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita lain:
Isla Datang, Vidal Lupakan Masa Lalu
Fauzi-Nachrowi Buka Peluang Koalisi dengan PKS
PKS Belum Putuskan Koalisi dengan Jokowi
Dua Mayat Pria Mengambang di Kali Ancol
Dua Politikus Golkar Daerah Jadi Tersangka Korupsi