Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sultan : Kondisi Indonesia Mirip Novel Pramoedya

image-gnews
Sultan Tegaskan Keraton dan Pakualaman Tak Terpisahkan
Sultan Tegaskan Keraton dan Pakualaman Tak Terpisahkan
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta- Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X menyoroti sejumlah persolan peradaban Indonesia. Rujukannya adalah gagasan dan pemikiran yang  diungkapkan sastrawan Indonesia, almarhum Pramoedya Anantatoer.

Sultan mengungkapkan bahwa yang diungkapkan Pram (panggilan Pramoedya) melalui novel sejarah monumental ‘Arus Balik’ menjadi gambaran nyata telah terjadinya kemunduran peradaban di bangsa ini.

“Benar sekali ucapan Pramoedya, Indonesia kini tak habis-habisnya dirundung masalah integrasi dan tersendat perkembangannya,” kata Sultan saat melakukan orasi budaya bertajuk ‘Meneguhkan (kembali) Identitas Kebhinekaan Indonesia; Berangkat dari Yogyakarta’ dalam peringatan hari Kebangkitan Nasional di Kepatihan Yogyakarta, Ahad 20 Mei 2012.

Dalam orasi yang dihadiri Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian Alissa Wahid itu, ia menuturkan permasalahan Indonesia itu disebabkan karena sebagai kekuatan bahari, Indonesia justru diatur oleh paham kontinental. Paham kontinental dengan watak khasnya yang bukan saja tak kenal, malah meminggirkan wawasan kebaharian.

Sultan mencontohkan, dalam karya Arus Balik Pram secara jeli menggambarkan arus zaman yang membalik, dimana segalanya berubah. Kekuasaan di laut menjadi kekuatan darat yang mengkerut di pedalaman, kemuliaan menukik dalam kemerosotan, kejayaan berubah ke kekalahan. Lalu kecemerlangan cendekia menjadi kedunguan dalam penalaran, kesatuan dan persatuan berubah menjadi perpecahan yang memandulkan segala kegiatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sultan menambahkan Pram secara jeli membidik bahwa sejak kehadiran Belanda dan Portugis di tanah air telah mengubah struktur masyarakat dan pemerintahan. Westernisasi mengubah watak bangsa yang awalnya tangguh dan pandai dalam memanfaatkan alam memenuhi kebutuhan hidupnya, menjadi masyarakat yang manja, konsumtif, sekaligus minim inovasi.

Produk-produk asing terus dikonsumsi, sehingga bangsa Indonesia kehilangan kreasi untuk menemukan, mengolah, dan mencipta. “Pramoedya, seperti juga kita yang ada di sini, bukan menangisi kebesaran masa lalu, tidak merindukan kejayaan purbakala, tetapi bernostalgi dengan masa depan yang cerah,” kata Sultan.

Agar tidak terlanjur menjadi negara yang gagal, Sultan pun mengajak untuk kembali melihat sejarah.‘Arus Balik’ Pram, dinilai bukan hanya kisah tentang para penguasa Nusantara dan Jawa, tapi juga kisah tentang manusia Nusantara.“Kita harus meneguhkan kembali jatidiri bangsa sebagai penghuni Negara Maritim, keluar dari paradigma agraris tradisional ke arah paradigma maritim yang rasional dan berwawasan global,” kata Sultan.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

29 Juli 2017

Agus Harimurti Yudhoyono saat menyampaikan orasi kebudayaannya dalam acara Malam Budaya Manusia Bintang 2017 di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta, 29 Juli 2017. TEMPO/Ahmad Faiz
Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

Mantan calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak masyarakat membiasakan mengucap terima kasih dan maaf dalam beriteraksi.


Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

13 Oktober 2016

Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri (tengah), Mendikbud Muhajir Effendy (kanan), Direktur UNESCO Jakarta Shahbaz Khan (kedua dari kanan)  saat pembukaan World Culture Forum 2016 di Nusa Dua, Bali, 13 Oktober 2016. Forum yang digelar oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerjasama dengan UNESCO itu diikuti oleh 63 negara untuk membahas pengembangan fungsi budaya dalam pembangunan yang berkelanjutan. Johannes P. Christo
Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

Sektaris Jenderal UNESCO, Irin Bokova, mengatakan simposium WCF harus dijadikan refleksi global.


Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

12 Oktober 2016

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid. TEMPO/Aditia Noviansyah
Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

Wakil Rektor Auckland University of Technology, Professor Nigel Hemmington, berharap kerja sama tersebut terus berlanjut.


Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

23 Agustus 2016

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Budayawan pada acara dialog bersama para Budayawan di Galeri Nasioanl Indonesia, Jakarta, 23 Agustus 2016. Tempo/ Aditia Noviansyah
Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

Para budayawan menilai, Presiden Joko Widodo sudah lupa dengan program-program pembangunan kebudayaan.


Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

26 Juli 2016

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, berpidato saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

Bekal ilmu dan pengetahuan di UI sangat membantunya memahami masalah dengan obyektif dan akurat.


Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

26 Juli 2016

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, berpidato saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

Sri Mulyani akan memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia siang ini.


JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

30 Desember 2015

JJ Rizal. TEMPO/Imam Sukamto
JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

Sejarawan JJ Rizal mengatakan saat ini Indonesia mengalami defisit "orang Indonesia"


Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

28 Agustus 2015

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. TEMPO/Ishomuddin
Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

Gus Mus khawatir jangan-jangan pandangan orang-orang selama ini terhadap Tuhan dan agama itu ternyata keliru.


Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

28 Agustus 2015

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. TEMPO/Budi Purwanto
Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

Gus Mus mengatakan, ada orang yang menganggap manusia adalah yang seperti dirinya sendiri sehingga sama saja menganggap yang lain bukan manusia.


Menistakan Pidato

27 Agustus 2015

Menistakan Pidato

Akhirnya mengaku, saya adalah pengarang yang diam-diam gemar "dipaksa" menerima order menulis pidato, sejak 1980-an.