TEMPO.CO ,:-Rumah di Jalan Abdul Majid Dalam III No 2b, Cipete Jakarta Selatan itu tampak sepi dari luar. Masuk melewati pagar putih kecil yang tak terkunci, pengunjung akan langsung mengarah ke tangga menuju pintu utama.
Ketokan ketiga Tempo di pintu utama pada Kamis 5 Januari 2012, pukul 10.30 WIB dijawab oleh seorang perempuan paruh baya. Setelah mengungkapkan tujuan, Tempo dipersilahkan bertemu Yeni Astuti, Asisten Ade Chandra Kirana Sagi atau yang dikenal Adesagi.
Adesagi Kierana, 34 tahun, pemilik rumah yang berstatus sewa tersebut telah meninggal pada 1 Januari 2012. Adesagi ditemukan tak bernyawa bersama rekannya, Randy Yana Putra, 31 tahun di kamar mandi sebuah rumah Jalan Cimandiri 28 A Bandung, Jawa Barat. Kabar kematian desaainer kondang itu tak hanya membuat syok keluarga dan sahabatnya, tapi juga para kolega dan pelanggannya, para artis papan atas.
Kondang sebagai perancang muda berbakat, kiprah Adesagi di dunia mode tak bisa dibilang kecil. Mantan wartawan yang juga pengamat mode, Sonny Muchlison menyebut peran Adesagi telah memberikan warna tersendiri dalam perjalanan sejarah mode di tanah air terutama di kalangan artis. Ade cerdas mengemas ide busana elegan dengan apik, juga melalui rancangan yang mengutamakan kesederhanaan. Ia juga sangat memperhatikan detail dan ogah sembarangan memakai bahan.(Mengapa Artis Suka Rancangan Adesagi?)
“Inilah yang kemudian membuat artis Indonesia papan atas seperti Tiga Diva, Titi DJ, Krisdayanti, dan Ruth Sahanaya, serta sejumlah penyanyi dangdut Kristina, Cici Paramida, dan Iis Dahlia, suka dengan rancangannya,” kata Sonny dalam percakapan dengan Tempo, Selasa 3 Januari 2012.
Seluruh karya-karyanya itu diciptakan Adesagi dalam sebuah butik, yang boleh dibilang sukses di kawasan Cipete. Masalahnya, begitu sang desainer pergi, bagaimana nasib butik yang dirintisnya itu? Didirikan Adesagi dari nol, butik itu menjadi tolak ukur kesuksesan Adesagi di panggung fesyen. Di dalam butik tersebut bergulir karya dan kesibukan 20 karyawan Adesagi, yang menuntaskan mahakarya Adesagi, sesuai pesanan klien.
"Kami menunggu keputusan keluarga untuk memutuskan mau diapakan butik ini," ujar Yeni. Perempuan yang sudah mengenal Adesagi selama 18 tahun ini mengaku bahwa 20 karyawan yang bekerja di dalamnya juga bingung akan nasib mereka. "Ya tapi kami ikhlas kalau memang jalan terbaik ini ditutup," .
Apalagi dari keluarga Adesagi, tak ada yang memiliki jejak fashion atau merancang busana. "Mereka semua rata-rata pekerja," ungkap Yeni. Sehingga Ia pun tak yakin kalau keluarga akan mengambil alih usaha ini.
Sementara bagi para pekerja, kalau memang ada pengganti Adesagi yang ingin menempati butik tersebut, belum tentu semuanya cocok. "Memang belum ada sih yang nawar, " urai Yeni. Tapi juga bukan berarti mereka bersedia untuk berganti dengan pemilik baru.
Sunandar, kakak Adesagi nomor tiga mengaku belum bisa membicarakan nasib usaha adiknya. "Kami masih berduka" kata Sunandar kepada Tempo yang menemuinya, Rabu 4 Januari 2012. "Sementara kami akan meneruskan bisnis Ade. Hanya perlu rembukan keluarga dulu"
Sembari menanti kepastian nasib, kini para pekerja hanya masuk untuk menyelesaikan pekerjaan terakhir Adesagi. Sekaligus persiapan untuk pengajian yang akan digelar pada pukul 19.30 WIB, 7 Januari mendatang di butik Adesagi
DIANING SARI | HAMLUDDIN | RINA WIDIASTUTI
Berita Lain:
Obat dan Kondom di Kematian Adesagi
Inilah Ciri Khas Karya Busana Adesagi
Tak Ada Obituari di Situs Adesagi
Adesagi Tutup Usia, Vina Panduwinata Linglung
Bagaimana Gas Beracun itu Mematikan Adesagi?
Pemilik Rumah Tempat Adesagi Tinggal Diperiksa