TEMPO Interaktif, Jakarta - Aktor Mathias Muchus mendadak terlihat begitu gahar. Dengan mengenakan destar hitam, celana komprang hitam, serta berselempangkan golok di pinggang, ia terkesan beringas. Apalagi saat janggut dan kumis lebat dibiarkan bertumbuh memenuhi wajah suami Mira Lesmana yang biasanya terawat mulus itu.
Wajah Mathias yang angker itu terlihat pas di film Pengejar Angin karya Hanung Bramantyo. Di situ, ia berperan sebagai pendekar harimau dari Lahat, Sumatera Selatan, yang berprofesi sebagai bajing loncat.
Bersama puluhan kawanan perampok, Mathias menggasak truk-truk yang melintas di hutan-hutan kabupaten Lahat. "Setelah saya tonton, saya senang sekali. Filmnya sesuai dengan apa yang ada di kepala saya," ungkap Muchus usai tayang perdana film Pengejar Angin, di Gandaria City, Jakarta Selatan, Senin, 31 Oktober 2011.
Film Pengejar Angin berkisah tentang seorang anak SMA bernama Dapunta yang bermimpi melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Namun, mimpinya itu terancam gagal karena tidak direstui sang ayah. Nah, ayah Dapunta itu adalah Mathias, pendekar harimau yang ganas di hutan belantara Lahat, Sumatera.
Mathias tidak main-main dengan peran ini. Agar aktingnya terlihat luwes dan menjiwai, sebelum pengambilan gambar, terlebih dulu ia melatih gerakan silat selama 10 hari dengan dipandu seorang ahli silat Harimau. Selain itu, ia menaikkan 3 kilo bobot tubuhnya menjadi 75 kilogram.
Sekitar sebulan menjelang pengambilan gambar, Mathias juga berkonsentrasi membentuk otot tubuh. Setiap hari, ia rajin berlari, push-up, sit-up, dan lain-lain, demi mencapai bentuk otot yang kekar.
Sudah cukup totalitas Mathias? Ternyata belum. Hingga tepat hari pertama pengambilan gambar, ia telah bersengaja memanjangkan jenggot dan kumis yang tidak seberapa lebat. Ketika pengambilan gambar, ia tambahi lagi rambut untuk jenggot dan kumisnya agar terlihat lebih tebal.
"Pendekatan saya sebagai aktor di sini total. Semua waktu saya serahkan hingga ketika shooting di sana," ungkap Mathias.
Mathias mengaku tidak terlalu kesulitan dalam memerankan karakter bajing loncat. Sebagai putra kelahiran Pagar Alam Sumatera Selatan, ia cukup akrab dengan sejarah bajing loncat. Pagar Alam sendiri terletak berdekatan dengan Lahat.
"Bajing loncat itu pekerjaan profesional. Hasilnya tidak untuk diri sendiri, tapi lebih untuk komunitas. Di sana menjadi bajing loncat bukan karena butuh duit," terang Mathias menjelaskan lika-liku bajing loncar.
Menurut Mathias, bajing loncat merupakan pekerjaan turun temurun dan berkelompok. setiap kelompok memiliki wilayah kekuasaan masing-masing. "Dulu, ada banyak kelompok bajing loncat. Hampir semua daerah (di Sumatera Selatan) ada bajing lonjatnya," kata Mathias.
Seiring perkembangan zaman, Mathias melanjutkan, profesi bajing loncat di Sumatera Selatan berlahan-lahan meredup. Cerita angker profesi penjahat ini mulai menghilang, sejak Sumatera Selatan tersentuh pembangunan dan banyak bajing loncat yang juga ditangkap polisi. "Bisa dikatakan sudah tidak ada lagi bajing loncar di sana," ungkap Mathias.
MUSTHOLIH