Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lima Karya Seni perupa Indonesia Bersaing di Singapura

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Lima karya seni perupa Indonesia untuk pertama kalinya mendapat kesempatan meraih penghargaan seni Asia Pacific Breweries (APB) Foundation Signature Art Prize. Para seniman Indonesia yang karyanya terpilih sebagai nominasi dalam penghargaan tersebut adalah Ay Tjoe Christine, Eko Nugroho, Agustinus ‘Jompet’ Kuswidananto, J. Ariadhitya Pramuhendra dan Tintin Wulia. Mereka bersaing dengan karya seni para seniman dari 24 negara di kawasan Asia Pasifik, memperebutkan hadiah utama senilai 45.000 dolar singapura.

APB Foundation Signature Art Prize diberikan berdasarkan penjurian yang diselenggarakan oleh Singapore Art Museum. Disponsori oleh APB Foundation, penghargaan ini diberikan kepada seniman dari dunia senia kontemporer yang mampu menghasilkan karya yang luar biasa, mutakhir dan signifikan, yang mampu mendorong pengembangan seni kontemporer di kawasan Asia Pasifik.

Di tahun kedua penyelenggaraannya, kegiatan tiga tahunan itu diiikuti 130 karya seni , meliputi lukisan, media campuran, seni instalasi, seni video, seni patung, dan seni pertunjukan. Jika sebelumnya nominasi hanya berasal dari 12 negara dan wilayah, tahun ini diperluas menjadi 24 negara, termasuk Australia, Bangladesh, Brunei, Indonesia, Jepang, Korea, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Taiwan, dan kepulauan Oseania dan Pasifik lainnya. Tahun ini juga terjadi peningkatan jumlah peserta untuk kategori video dan gambar bergerak dan juga instalasi berukuran sangat besar.

Karya-karya seni yang dinominasikan terpilih karena mampu memberikan terobosan atau menonjol dibanding karya-karya lain. Dibuat antara 2008 sampai 2010, 130 karya seni itu telah dipilih oleh 31 profesional dari dunia seni dan kurator independen. Praktisi yang sudah mapan maupun talenta baru yang masuk nominasi tahun ini termasuk Daniel Crooks (Australia), Vandy Rattana (Cambodia), Qiu Anxiong (China), Makoto Aida (Japan), Fauzan bin Omar (Malaysia), Htein Lin (Myanmar), Stéphanie Wamytan (New Caledonia), Imran Qureshi (Pakistan), Louie Cordero (Philippines), Jane Lee (Singapore), Sook-Jin Jo (South Korea) dan Chen Chieh-jen (Taiwan).

Hadiah yang ditawarkan uang tunai sebesar SGD 85.000, terdiri dari hadiah utama (SGD 45,000), tiga Penghargaan Juri (masing masing sebesar SGD 10.000) dan satu Penghargaan Pilihan masyarakat (People’s Choice Award ) senilai SGD 10.000.

Indonesia diwakili oleh lima nominasi karya seni yang diciptakan oleh lima seniman yakni Ay Tjoe Christine, Eko Nugroho, Agustinus ‘Jompet’ Kuswidananto, J. Ariadhitya Pramuhendra dan Tintin Wulia. Karya seni yang dinominasikan terdiri dari rangkaian beragam medium seperti instalasi video dan media campuran yang menggali peristiwa bersejarah dan masalah kontemporer, seperti perbatasan dan gerakan rakyat. Karya-karya seni tersebut dinominasikan oleh Alia Swastika, seorang kurator di Cemeti Art House, Yogyakarta. Alia juga pekerja lepasan untuk Ark Galerie di Jakarta pada pengelolaan proyek dan mengkurasi pameran internasional seperti Wall Street Arts: a Jakarta Paris Graffiti Exhibition pada 2010 di Salihara Gallery – Jakarta.

Tan Boon Hui, Direktur Singapore Art Museum mengaku sangat bangga dapat berkolaborasi lagi dengan APB Foundation untuk menghadirkan edisi kedua dari Signature Art Prize. Seni kontemporer dari Asia telah muncul sebagai salah satu seni yang paling inovatif dan bergairah. "Diperluasnya jangkauan penghargaan untuk tahun ini memungkinkan kami untuk melakukan validasi dan mengetengahkan lebih banyak seniman dan kiprah mereka di kawasan Asia Pasifik,"katanya.

Penghargaan ini menghargai dan menonjolkan karya seni terbaik dari pengembangan seni kontemporer di kawasan tersebut dalam beberapa tahun belakangan ini. "Ini menunjukkan peran SAM dalam menemukan karya seni yang merupakan terobosan dan mempunyai makna signifikan yang abadi bagi kawasan kami, dan menunjukannya kepada audiens yang terdiri dari para pencinta seni, kritikus seni dan kolektor taraf internasional," sambungnya

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melihat keberhasilan ajang penghargaan ini pada 2008 lalu, APB Foundation meningkatkan pendanaannya untuk menawarkan para seniman dari seluruh wilayah Asia Pasifik kesempatan dipilih dalam ajang penghargaan ini. APB Foundation sudah melipat gandakan hadiahnya dari $2,25 juta untuk lima kali ajang menjadi $4,45 juta. Ajang ini juga akan memilih 15 finalis untuk hadiah utama , lebih banyak dibanding 2008 lalu yang hanya memilih 10 finalis.

Lima orang juri, yang terdiri dari pakar seni dan penggerak opini tersohor akan membuat daftar unggulan 15 finalis karya seni. Dewan juri itu terdiri dari Direktur Mori Art Museum Fumio Nanjo, Direktur Eksekutif, Institute of Contemporary Art London Gregor Muir, pengarang, kritikus dan kurator Hendro Wijanto, kurator Paviliun India pada Venice Biennale 2011 yang juga seorang penyair,pengarang, kurator dan kritikus terkemuka di Asia Selatan Ranjit Hoskote, serta Direktur Singapore Art Museum Tan Boon Hui.

Sebuah pameran yang memajang karya karya seni yang menjadi finalis akan dibuka pada tanggal 11 November 2011. Masyarakat juga dapat memberikan suara secara langsung selama pameran. Para pemenang Hadiah Utama, Penghargaan Juri dan People’s Choice Awards akan diumumkan pada acara jamuan makan malam Asia Pacific Breweries Foundation Signature Art Prize Awards Dinner pada tanggal 18 November 2011.

Sarah Koh, General Manager, Group Corporate Communications, Asia Pacific Breweries Limited menyatakan The Asia Pacific Breweries Foundation mempunyai komitmen yang tak tergoyahkan untuk menumbuhkan pengembangan suatu kancah seni yang hidup di kawasan ini. Pada edisi perdana kami tidak hanya terdorong oleh respons yang antusias tapi juga tegugah oleh ide ide luar biasa yang secara kreatif di-eksplorasi melalui karya karya seni tersebut.

APB Foundation yakin bahwa edisi kedua merupakan saat yang baik untuk memperluas jangkauan Penghargaan ini dari fokus semula ke kawasan Asia Tenggara ke seluruh kawasan Asia Pasifik, dan dengan demikian menciptakan peluang bagi sebuah kelompok seniman yang lebih besar dari kawasan ini untuk berpartisipasi. "Dengan dukungan yang lebih besar ini, kami harap Signature Art prize ini akan berkembang terus menjadi suatu penghargaan yang memberikan validasi bagi para seniman dan karya karyanya, dan tidak hanya memberikan dukungan finansial tapi juga penghargaan bagi sukses mereka," katanya.

Nunuy Nurhayati

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Musikus Bengal: Harry Roesli
Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.


Asyiknya Merakit Gundam Plastik

22 Oktober 2023

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

Berawal dari anime serial Gundam, banyak orang tertarik merakit model kit karakter robot tersebut.


Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

30 Juni 2023

Konferensi pers  Solo Exhibition
Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

Pameran seni kontemporer ini dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak diperlukan biaya masuk.


Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

28 Agustus 2021

Pameran tunggal Zahrah Zubaidah alias Zazu bertajuk Studi Karantina. (Dok.Orbital Dago)
Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

Zahra Zubaidah tidak menyangka, sekolah seni ternama itu terbatas hanya mengandalkan seni kontemporer.


Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

8 Juli 2021

Karya seni instalasi karya sutradara Riri Riza berjudul Humba Dreams (un)Exposed dipajang di Artjog 2019. TEMPO | Shinta Maharani
Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

Menparekraf Sandiaga Uno mengapresiasi penyelenggaraan Artjog sebagai ruang yang mempertemukan karya seni para seniman dengan publik secara luas.


Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Tari Legong Semarandana dalam pertunjukan Budaya Pusaka Kita: Bangga pada Budaya Nusantara yang digelar Wulangreh Omah Budaya., Sabtu, 13 Februari 2021. Tempo/Inge Klara Safitri.
Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.


Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

28 Juli 2019

Sutradara Riri Riza saat menghadiri gala premiere film Athirah di XXI Epicentrum, Jakarta, 26 September 2016. Film ini diperankan aktor diantaranya Cut Mini, Christoffer Nelwan, Indah Permatasari, Tika Bravani, dan Jajang C Noer. TEMPO/Nurdiansah
Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

Seni instalasi karya Riri Riza bersama seniman lainnya berjudul Humba Dreams (un) Exposed ditampilkan di Artjog 2019 di Yogyakarta.


Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

26 Juli 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka Artjog 2019 di Jogja National Museum Yogyakarta. TEMPO | Shinta Maharani
Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka Artjog 2019 dan berbicara di panggung selama 10 menit tanpa teks.


Fakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence

7 Februari 2019

Cooke Maroney (Artforum)
Fakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence

Tunangan Jennifer Lawrence, Cooke Maroney, adalah seorang art dealer seni kontemporer. Ia pernah bekerja dengan beberapa tokoh seni Amerika.


Nuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding

7 Oktober 2018

Pengunjung Nuit Blanche Taipei 2018 berfoto di instalasi bertajuk Hug di kota Taipei, Taiwan, Sabtu, 6 Oktober 2018. (Martha Warta Silaban/ TEMPO)
Nuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding

Sejak Sabtu malam hingga pagi hari, pengunjung Nuit Blanche dapat menikmati 70 pertunjukan dan 43 instalasi seni yang tersebar di kota Taipei, Taiwan.