TEMPO Interaktif, New York - Aktris dan aktivis sosial Amerika, Susan Sarandon, menyebut Paus Benedict sebagai seorang Nazi dalam diskusi publik sebuah festival film Amerika di New York. Hal ini mengundang kritik, baik dari para penganut Katolik, maupun kelompok Yahudi.
Bintang film pemenang Oscar sebagai aktris terbaik untuk perannya di film Dead Man Walking pada 1995 itu mengatakan, dia dikirimi sebuah buku untuk film tentang Paus. “Yang paling akhir, bukan Nazi ini yang kita punya sekarang,” ujar dia seperti dikutip oleh Newsday, salah satu koran terbitan New York.
Pernyataan tersebut diungkapkan Sabtu lalu dalam sebuah wawancara yang merupakan bagian dari kegiatan Festival Film Hampstons. Wawancara tentang karier Sarandon ini dilakukan oleh Bob Balaban.
Menurut Newsday, Balaban memarahi Sarandon atas pernyataan tersebut, tetapi sang aktris justru mengulanginya. Agen Sarandon di Hollywood tidak merespons permintaan konfirmasi, Senin. Keterangan dari Vatikan menyebutkan, Paus Benedict yang lahir di Jerman bernama asli Joseph Ratzinger, adalah anggota Hitler Youth pada awal 1940-an ketika keanggotaan di organisasi tersebut adalah wajib. Ia kemudian desersi dari militer selama Perang Dunia II dan menyatakan dirinya penganut Katolik. Orang tuanya pun menolak ideologi Nazi.
Sementara Sarandon, yang kini berusia 65 tahun, dibesarkan di New York sebagai penganut Katolik Roma. Ia dikenal sebagai pendukung berbagai aktivitas sosial, mulai dari kelaparan dan AIDS hingga melawan Amerika yang menyerang Irak. Bintang film Telma and Louise ini terpilih menjadi Duta Besar Kebaikan UNICEF pada 1999.
Sebuah lembaga yang berkedudukan di New York, Catholic League for Religious and Civil Rights, menyebut pernyataan Sarandon sebagai “cabul” serta merupakan “bentuk ketidakpedulian yang disengaja."
Sementara The Anti-Defamation League (ADL) yang berjuang melawan anti-Semit, menyeru Sarandon untuk meminta maaf kepada komunitas Katolik. “Sarandon mungkin mempunyai perbedaan pandangan dengan Gereja Katolik, tetapi tidak ada alasan untuk memberikan analogi seputar Nazi. Kata-kata itu menyakitkan, menunjukkan rasa balas dendam dan hanya mengurangi sejarah dan arti Holocaust,” ungkap ADL dalam pernyataannya.
REUTEURS I ARBA’IYAH SATRIANI