TEMPO Interaktif, Jakarta - Provinsi Bali keluar menjadi pemenang dalam ajang bergengsi Festival Film Kearifan Budaya Lokal 2011 yang dihelat oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata lewat film dokumenter berjudul Lampion-Lampion. Film karya Dwitra Juliariana, satu dari 106 karya para peserta lainnya yang berasal dari seluruh Nusantara.
Film berdurasi 30 menit ini berkisah tentang komunitas minoritas Cina yang tinggal di Desa Lampu, Kintamani, Bali. Mereka yang notabene pendatang, nyatanya mampu hidup berdampingan secara rukun di sana. “Bahkan kepala adat di sana yang terpilih adalah orang Cina, namanya Po Cing Huang. Beliau sudah delapan tahun menjadi kepala adat,” jelas Dwitra usai menerima penghargaan itu di Gedung Film, Jakarta, kemarin.
Baca Juga:
Dwitra menerima sebuah piala, sertifikat, dan uang tunai sebesar Rp 15 juta. “Uangnya akan saya gunakan untuk menambah dana membeli kamera seharga Rp 30 juta,” katanya. Tahun ini merupakan tahun ketiga penyelenggaraan Festival Film Kearifan Budaya Lokal 2011.
Namun Dwitra, sinemator yang aktif dalam komunitas film “Siap Selem” di Desa Jeruk Mancingan, Bali, ini baru pertama kalinya menjajal keberuntungannya di sini. “Awalnya memang coba-coba, tapi tetap serius,” katanya. Berbekal dana sekitar Rp 20 juta, bantuan dari dinas kabupaten setempat, Dwitra melakukan proses syuting selama dua bulan. “Syutingnya saja lakukan sendiri,” katanya.
Direktur Perfilman Kemenbudpar Syamsul Lussa mengharapkan ajang ini sebagai pemacu kreativitas para sinemator di Nusantara. “Meski memang ajang ini bukanlah yang terbesar, namun diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi para generasi muda,” katanya.
Ketua juri festival, Akhlis Suryapati, juga mengumumkan pemenang lainnya. Yakni film berjudul Baris Cina yang juga diproduksi Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Bali, dan Wayang Kampung Sebelah asal Surakarta.
AGUSLIA HIDAYAH