TEMPO Interaktif, Solo -Musisi campursari asal Solo, Cak Diqin menggelar audisi untuk mencari bibit baru penyanyi campursari. Selain hadiah, pemenang juga ditawari membuat album. Pesertanya berdatangan dari seluruh Indonesia.
Diqin menyebut, saat ini sudah terdapat 60 penyanyi campursari yang lolos di audisi awal. Selanjutnya, mereka akan mengikuti kontes yang diselenggarakan selama tiga hari. “Tidak hanya dari Solo, peserta juga berdatangan dari Pati, Jakarta, Banyuwangi hingga Nusa Tenggara,” kata Cak Diqin saat ditemui, Ahad,18 September 2011.
Meski campursari berkembang di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah, lagu tersebut banyak digemari di banyak daerah. Sebab, banyak masyarakat Jawa yang merantau dan tetap menghidupkan campursari. “Dimana ada orang Jawa, di situ ada campursari,” kata Diqin.
Babak penyisihan akan diselenggarakan pada 19, 20 dan 21 September. “Final akan kami gelar pada pertengahan Oktober,” kata pemilik nama asli Sodiqin tersebut. Babak penyisihan akan diselenggarakan di salah satu pub yang ada di Kota Solo. Sedangkan babak final akan digelar di Taman Hiburan Remaja Sriwedari.
Selain hadiah, para finalis juga akan diberikan kesempatan untuk membuat album bersama Cak Diqin. “Banyak penyanyi campursari berkualitas, namun tidak memiliki akses untuk rekaman,” kata Diqin. Melalui audisi tersebut, dia berharap akan hadir bibit muda yang menggeluti seni campursari.
Meski demikian, Cak Diqin tidak berani menjanjikan kesuksesan bagi para pemenang. “Bisa jadi terkenal, tapi belum tentu sukses,” kata Diqin. Penyebabnya, para seniman saat ini masih terus dibayangi dengan aksi pembajakan yang merajalela.
“Sekitar 70 persen album saya yang beredar di pasaran adalah bajakan,” kata pria yang telah menelorkan 42 album lagu campursari tersebut. Dia yakin, kondisi itu juga dialami oleh musisi yang lain. Menurutnya, kondisi tersebut menunjukkan ketidaktegasan aparat penegak hukum.
Selain itu, banyak pihak yang telah mengkomersialkan lagunya namun enggan membayar royalti. “Padahal hampir semua tempat karaoke pasti memiliki lagu saya,” kata Diqin. Hal itu membuat banyak musisi lagu tradisional yang tetap hidup kekurangan meski lagunya sukses di pasaran.
Ahmad Rafiq