TEMPO Interaktif, Purwokerto - Grup band Koes Plus menggoyang sekitar 5.000 penonton di GOR Satria Purwokerto, Jumat, 16 September 2011 malam.
Meski para personelnya telah berumur, grup musik ini seolah tak pernah kehabisan energi untuk menghibur penonton dengan lagu-lagunya. Di antaranya lewat lagu Nusantara. “Ini bangsa besar, semua kekayaan ada di sini,” ujar Yok Koeswoyo yang mengenakan jaket hitam, menyapa penontonnya.
Yok yang tahun ini berusia 73 tahun menceritakan bahwa dulunya Indonesia adalah Atlantis. Namun, imbuh dia, untuk menjadi bangsa yang besar, Indonesia harus mempunyai pemimpin yang besar. Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang berani dan sanggup bertindak tegas untuk kepentingan publik.
Melalui lagu-lagunya, Koes Plus malam itu seakan ingin mengingatkan penonton akan keindahan Indonesia. Seperti lagu Kolam Susu, yang menceritakan tentang kekayaan sumber alam Indonesia.
Yon Koeswoyo, gitaris band legendaris itu, mengatakan konser mereka di Purwokerto merupakan konser penutupan sebelum konser keliling di Eropa. “Sebelum ke Eropa kami mampir dulu ke Purwokerto,” katanya.
"Kota Keripik" ini memang tak asing buat Koes Plus. Sedikitnya sudah tujuh kali mereka menggelar konser di kota yang terletak di kaki Gunung Slamet itu.
Konon, salah satu lagu mereka berjudul Telaga Sunyi terinspirasi dari kota ini. Lagu itu menceritakan tentang kematian seorang gadis karena patah hati ditinggal kekasihnya. Gadis itu lantas bunuh diri dengan cara terjun ke Telaga Sunyi.
Telaga Sunyi letaknya di dekat obyek wisata Baturraden Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah. Airnya cukup jernih yang bersumber dari mata air di kaki Gunung Slamet. Banyak orang menyebutnya telaga yang angker dan menyeramkan. Tercatat beberapa orang tewas tenggelam di sana.
Malam itu Koes Plus membawakan 15 lagu yang sangat ditunggu penggemarnya. Tak hanya orang dewasa generasi 60-70an, anak-anak muda generasi Nidji dan Peterpan pun tampak ikut larut dalam lagu-lagu mereka.
Ketua Banyumas Koes Plus Community, Ismianto Heru Permana, mengatakan sambutan luar biasa penonton saat konser merupakan bukti bahwa Koes Plus cukup melekat di hati masyarakat Purwokerto. “Energi mereka semoga tertular agar kesenian di Banyumas bisa tumbuh dan maju,” katanya.
Menurut Manunggal Kusuma Wardaya, penggemar dan kolektor kaset Koes Plus, jiwa berkesenian Koes Plus harus ditiru oleh anak-anak muda zaman sekarang. “Jiwa seni mampu membuat mereka awet muda. Itulah kesenian sejati,” katanya.
Koes Plus merupakan grup band legenda yang mulai eksis tahun 1960-an. Berawal dengan nama Kus Brothers, lima orang kakak-adik Djon, Tonny, Nomo, Yon, dan Yok mulai meniti jalan.
Tahun 1963 Kus Brothers berganti nama dengan Koes Bersaudara yang lebih enak didengar, serta tidak kebarat-baratan. Warna musik sweet cukup kental mendominasi lagu mereka pada awalnya. Munculnya The Beatles lewat musik dengan beat cepat membuat band ini terpengaruh.
ARIS ANDRIANTO