Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Televisi, Facebook dan Twitter Bisa Ubah Perspektif Toleransi

image-gnews
TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO/Budi Purwanto
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Budayawan yang juga mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Goenawan Mohamad menilai televisi sebagai medium penyaluran sebuah ide, cerita, atau ekspresi telah mengubah perspektif masyarakat soal memaknai toleransi.

Ia mencontohkan film berjudul ? (Tanda Tanya) karya Hanung Bramantyo yang batal diputar di salah satu stasiun televisi swasta pada malam Lebaran lalu karena diprotes oleh organisasi kemasyarakatan Front Pembela Islam.

Lelaki yang akrab disapa GM ini berpendapat, tak ada yang perlu dicemaskan dari film tersebut. Sebab, film itu adalah sebuah apresiasi terhadap keragaman dan toleransi yang tak hendak mengguncang kesadaran sebuah masyarakat.

"Tak ada yang menggebrak dan kontroversial dalam film itu, kecuali bagi mereka yang memang telah berprasangka bahwa Hanung sesat," kata Goenawan dalam pidato kebudayaan di Lecture Series di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Surabaya, Senin 12 September 2011. Goenawan membawakan ceramah bertema "Kaitan dan Konflik Kesenian dan Industri Budaya".

Goenawan lantas membandingkan film ? dengan dimuatnya sajak karya Chairil Anwar berjudul Sorga pada 1940. Meski isinya tajam mencemooh gambaran orang Islam terhadap surga, karya sastra yang dimuat dalam kumpulan puisi Gema Tanah Air yang dihimpun H.B. Jassin itu tidak menimbulkan kontroversi. "Tak ada protes, tak ada tuntutan agar buku itu dicabut dari peredarannya, meski dipakai di sekolah-sekolah dasar," ujarnya.

Bagitu pula ketika film Indonesia pertama dalam warna berjudul Rodrigo de Villa produksi Djamaludin Malik (Persari) beredar pada 1950-an. Dalam film yang dibintangi Raden Mochtar dan Netty Herawaty itu tampak jelas bahwa yang "jahat" adalah orang muslim Spanyol yang diperlihatkan sebagai orang asing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seniman asal Batang, Jawa Tengah, ini menganalisis bahwa perubahan cara pandang masyarakat terhadap toleransi ini terjadi lantaran audiens televisi telah meluas: mencapai 57 juta. Media lain yang turut mempengaruhi adalah fenomena media sosial seperti Facebook dan Twitter. Di Indonesia, kata dia, tak kurang dari 40 juta orang menggunakan media sosial ini dan akan terus bertambah.

Goenawan tak mempermasalahkan pandangan dari kelompok yang berlabel Islam garis keras ataupun kelompok lain terhadap sebuah fenomena. Baginya, meski tidak akan ketemu sampai kapan pun, pemikiran-pemikiran berseberangan itu tidak perlu dibatasi. "Dengan catatan, jangan ada kekerasan."

l KUKUH S WIBOWO


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Armida Alisjahbana Ditunjuk Jadi Sekretaris Eksekutif di PBB

16 September 2018

Armida Alisjahbana. Tempo/Charisma Adristy
Armida Alisjahbana Ditunjuk Jadi Sekretaris Eksekutif di PBB

Armida Salsiah Alisjahbana ditunjuk sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik.


Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

29 Juli 2017

Agus Harimurti Yudhoyono saat menyampaikan orasi kebudayaannya dalam acara Malam Budaya Manusia Bintang 2017 di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta, 29 Juli 2017. TEMPO/Ahmad Faiz
Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

Mantan calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak masyarakat membiasakan mengucap terima kasih dan maaf dalam beriteraksi.


Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

13 Oktober 2016

Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri (tengah), Mendikbud Muhajir Effendy (kanan), Direktur UNESCO Jakarta Shahbaz Khan (kedua dari kanan)  saat pembukaan World Culture Forum 2016 di Nusa Dua, Bali, 13 Oktober 2016. Forum yang digelar oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerjasama dengan UNESCO itu diikuti oleh 63 negara untuk membahas pengembangan fungsi budaya dalam pembangunan yang berkelanjutan. Johannes P. Christo
Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

Sektaris Jenderal UNESCO, Irin Bokova, mengatakan simposium WCF harus dijadikan refleksi global.


Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

12 Oktober 2016

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid. TEMPO/Aditia Noviansyah
Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

Wakil Rektor Auckland University of Technology, Professor Nigel Hemmington, berharap kerja sama tersebut terus berlanjut.


Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

23 Agustus 2016

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Budayawan pada acara dialog bersama para Budayawan di Galeri Nasioanl Indonesia, Jakarta, 23 Agustus 2016. Tempo/ Aditia Noviansyah
Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

Para budayawan menilai, Presiden Joko Widodo sudah lupa dengan program-program pembangunan kebudayaan.


Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

26 Juli 2016

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, berpidato saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

Bekal ilmu dan pengetahuan di UI sangat membantunya memahami masalah dengan obyektif dan akurat.


Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

26 Juli 2016

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, berpidato saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

Sri Mulyani akan memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia siang ini.


JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

30 Desember 2015

JJ Rizal. TEMPO/Imam Sukamto
JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

Sejarawan JJ Rizal mengatakan saat ini Indonesia mengalami defisit "orang Indonesia"


Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

28 Agustus 2015

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. TEMPO/Ishomuddin
Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

Gus Mus khawatir jangan-jangan pandangan orang-orang selama ini terhadap Tuhan dan agama itu ternyata keliru.


Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

28 Agustus 2015

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. TEMPO/Budi Purwanto
Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

Gus Mus mengatakan, ada orang yang menganggap manusia adalah yang seperti dirinya sendiri sehingga sama saja menganggap yang lain bukan manusia.