TEMPO Interaktif, Jakarta -
Judul : Lima Elang
Genre : Drama anak
Sutradara : Rudi Soedjarwo
Produksi : SBO Films
Pemain : Christoffer Nelwan, David Khalik, Iqbal Dhiafakhri Ramadhan, Bastian Bintang Simbolon, Teuku Rizky Muhammad, Monica Sayangbati
Baron harus mengubur dalam-dalam hasrat menjadi anak metropolitan Jakarta. Ia mengikuti kepindahan orang tuanya ke Balikpapan, Kalimantan Timur. Baron kesal lantaran keasyikannya bermain mobil remote control bersama geng kecilnya tercerabut oleh kepentingan keluarganya yang segera meninggalkan Jakarta.
Nasib Baron mengingatkan kita pada Sherina yang harus mengikuti sang ayah ke Bandung Utara dalam film Petualangan Sherina. Hidup Baron juga mirip-mirip dengan Obama kecil, yang harus pindah sekolah karena mengikuti ibunya.
Tampaknya sebuah perpindahan dan sekolah baru sudah menjadi formula yang acap kali dipilih para sineas kita sebagai pembuka cerita film anak-anak. Tak terkecuali dengan film teranyar garapan sutradara Rudi Soedjarwo bertajuk Lima Elang. Film petualangan para bocah ini pun diawali dengan kekesalan Baron (diperankan cukup baik oleh Christoffer Nelwan) atas kepindahan rumah dan sekolahnya.
Kekesalan Baron kemudian ia lampiaskan dengan sibuk bermain mobil remote control. Ia menutup diri dari lingkungan barunya. Baron belum menemukan geng baru yang punya hobi sama, hingga akhirnya ia berkenalan dengan Rusdi (Iqbal Dhiafakhri Ramadhan), anggota Pramuka yang supel. “Kamu harus ikut ini biar banyak teman,” katanya kepada Baron. Rusdi menawari Baron bergabung dalam sebuah jambore akbar yang diikuti sekolah lain. Gayung bersambut. Baron pun ditugasi sekolahnya mengikuti kegiatan itu.
Diproduksi SBO Films yang juga memproduksi film Garuda di Dadaku, Lima Elang boleh dibilang menjadi film anak-anak perdana Rudi Soedjarwo yang telah menggarap 17 film dewasa. Alkisah, sebuah perkemahan besar tingkat kwartir daerah menjadi awal terkumpulnya lima anak Pramuka dengan beragam karakter. Mereka disatukan dalam sebuah regu bernama Regu Elang. Regu yang diketuai Rusdi itu terdiri atas Baron; Anton (Teuku Rizky), si gembul yang ahli api; Aldi (Bastian Bintang), si kecil yang temperamental; dan satu-satunya perempuan, Sindai (Monica Sayangbati), yang bongsor.
Menurut Rudi, dijadikannya kegiatan Pramuka sebagai latar film ini bukan tanpa alasan. Ia ingin menyuguhkan kembali kegiatan Pramuka yang kini mulai dilupakan para siswa sekolah. Boleh dibilang, film ini sebagai kado ulang tahun ke-50 (tahun emas) Gerakan Pramuka. “Film itu memang merupakan kerja sama Kwartir Nasional Pramuka dengan SBO Films,” katanya.
Rudi menambahkan, film ini akan menjadi nostalgia menarik bagi mereka yang selama sekolah pernah berpengalaman dalam kegiatan Pramuka. “Bahkan, bagi yang dulu alergi bersentuhan dengan kegiatan ini.”
Proses syuting yang memakan waktu sebulan penuh pada April lalu digelar di sejumlah kawasan rindang di Jawa Barat, antara lain hutan Buru Kareumbi, yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung, Sumedang, dan Garut. Beberapa pemain adalah anggota Pramuka sungguhan.
Konflik dalam film yang naskahnya ditulis Salman Aristo ini tak hanya berhenti pada lima Anak Elang, tapi juga melibatkan oknum penebang liar pimpinan Arif Jagau. Petualangan kelima anak itu kian menegangkan ketika Rusdi dan Anton diculik kawanan Arif Jagau. Baron, Aldi, dan Sindai harus sibuk menelusuri hutan untuk menyelamatkan kedua rekan mereka yang secara mendadak hilang dari perkemahan.
Petualangan kelima Elang ini mengingatkan kembali penculikan yang dialami Sadam dan kemudian dibebaskan oleh Sherina dalam Petualangan Sherina, yang ditulis dengan begitu apik oleh Jujur Prananto.
AGUSLIA HIDAYAH