TEMPO Interaktif, Jakarta - Baju dan jemuran sepertinya akan selalu menjadi kawan baik. Setidaknya begitulah yang dilakukan koreografer Siti Ajeng Soelaeman dalam karyanya berjudul Baju Kini. Jumat dan Sabtu malam pekan lalu, garapan tari kontemporer ini dipentaskan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.
Selain Ajeng, pergelaran tari yang dikemas dalam pertunjukan bertajuk "I Move (Indonesia Dance Movement Platform for the Youth)" itu diikuti oleh beberapa koreografer muda. Mereka unjuk karya sepanjang dua hari berturut-turut.
Baca Juga:
Baju Kini karya Ajeng, misalnya, tampil pada pertunjukan hari pertama. Komposisi tari yang dibawakan oleh penari Andara F. Moeis, Rendra Pamungkas, dan Ajeng itu bercerita tentang baju-baju yang mereka pakai. Dan kisah cinta membumbui alur tari itu.
Penari lelaki bertemu pandang dengan satu di antara penari perempuan ketika mereka sedang menjemur pakaian. Lalu cerita mereka berlanjut hingga memadu kasih, yang dalam tarian itu digambarkan sedikit vulgar. Kedua kekasih tersebut bercinta di balik jemuran baju. Yang terlihat hanyalah gerakan kaki dan tangan mereka.
Ajeng mencampurkan keriangan gerak yang dibalut dengan emosi dan kecemburuan. Yang menarik, dalam tarian itu, baju dan jemuran tak hanya menjadi benda mati. Para penari memperlakukan baju-baju tersebut tak sekadar properti pentas. Mereka juga memanfaatkan tali jemuran yang melintang dari pinggir panggung menjadi wahana gerak baju yang sebelumnya sudah dipasangi dengan gantungan.
Lain lagi dengan tari karya Dewi Nurnaeny yang berjudul Friends. Karya Dewi itu terkesan lebih riang. Dalam karyanya, Dewi berkisah tentang indahnya persahabatan. Kebahagiaan dan keceriaan sebuah persahabatan itu diperlihatkan dalam balon. Beberapa penari terlihat membawa banyak balon yang mereka pecahkan dengan sengaja. Tawa riang tampak mendominasi para penari tersebut.
Yang juga menarik adalah tari karya koreografer Seven Marudut Sibarani. Karya tari itu lebih mengedepankan suasana religius. Kecintaan Seven terhadap Yesus terwujud dalam karya yang ia beri judul Perjamuan.
Gerak tari yang ditampilkan sungguh atraktif. Dimainkan oleh empat penari perempuan: Siti Ajeng Soelaeman, Andara F. Moeis, Nurhasanah, dan Eka Oktaviana Fitrik. Mereka tampak sangat energetik. Para penari itu naik-turun meja besar dengan lincah, bahkan membanting diri mereka di lantai.
Dengan kostum yang terlihat lebih terbuka di bagian dada, tari itu sedikit paradoks dengan tema yang diusungnya. Karya Seven bercerita tentang kejenuhan duniawi dan keinginan untuk lepas dari dosa yang mengikat. Pengharapan selalu ada dalam tangan Tuhan. Dan inilah perjamuan Tuhan.
ISMI WAHID