TEMPO Interaktif, Jakarta - Bengkel Teater akan mementaskan lagi naskah karya seniman W.S Rendra, Mastodon dan Burung Kondor, di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, pada 11 hingga 14 Agustus mendatang. Naskah ini pertama kali dimainkan pada tahun 1973.
Adalah Ken Zuraida, istri mendiang Rendra, yang akan menyutradarai pementasan ini. Grup teater ini memang berada di bawah payung Ken Zuraida project dan berlatih di Padepokan Bengkel Teater Rendra, Depok.
"Saya bukan Rendra. Maka, pementasan ini tentu akan sangat berbeda," kata Ken kepada wartawan saat menjelaskan pementasannya itu, Senin 25 Juli 2011. " Saya juga tidak ingin memfotokopi dia."
Karena itu pula, Ken, akan melibatkan banyak pemain-pemain baru dari berbagai daerah di Indonesia. Ia hanya akan melibatkan dua aktor pemain Bengkel Teater Rendra, yaitu Awan Sanwani dan Iwan Burnani. "Saya meminjam aktornya Mas Willy (Rendra-red)," ujarnya.
Ken mengatakan pementasan salah satu naskah masterpiece Rendra yang ditulisnya dalam rentang 1971-1973 ini tak lain adalah sebagai persembahan untuk mengenang dua tahun Rendra berpulang. Juga untuk mengingatkan kepada semua elemen masyarakat akan kondisi negeri yang hingga hari ini tak bisa dipungkiri, dalam beberapa hal, tak lebih baik dari kondisi tahun 1970-an dulu.
Mastodon dan Burung Kondor bercerita tentang pergulatan sosial politik di Amerika Latin yang sedang didera kontrarevolusi. Pemerintah yang sedang berkuasa adalah pemerintahan tentara yang terlalu berambisi melakukan pembangunan demi mempertahankan kursi kekuasaan semata. Sementara rakyat yang mendambakan hidup damai semakin menderita akibat gelap matanya program kerja pemerintah mastodon. Rakyat tak lain dimaknakan dengan burung-burung kondor.
Lakon ini pertama kali dipentaskan oleh Bengkel Teater pada tahun 1973 di tiga tempat, Sport Hall Kridosono Yogyakarta, Gedung Merdeka Bandung, dan Istora Senayan Jakarta. Awalnya, pementasan di Yogyakarta pada waktu itu tidak mendapatkan izin pentas karena dianggap terlalu keras menyinggung pemerintah. Namun, atas jaminan salah seorang petinggi tentara pada masa itu, akhirnya lakon ini jadi dipentaskan.
Kemudian satu bulan usai pementasan di Istora Senayan, terjadi kerusuhan besar di Jakarta yang dikenal dengan Peristiwa Malari. Beberapa media cetak pada waktu itu menyebutkan bahwa pentas Mastodon dan Burung Kondor karya Rendra ikut memicu kesadaran para aktivis Malari.
Sebelum pementasan, Ken Zuraida Production juga menghadirkan beberapa rangkaian kegiatan. Mereka melakukan ritual jalan bisu, yaitu jalan massal tanpa mengeluarkan suara dari pusat latihan di Bengkel Teater Rendra, Cipayung, hingga TIM. Selanjutnya diteruskan dengan perkemahan kaum urakan di Kompleks TIM pada 8 hingga 15 Agustus. Bahkan, mereka akan melakukan acara ritual ruwatan Gedung Graha Bhakti Budaya yang akan diselenggarakan pada 8 Agustus.
ISMI WAHID