Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bengkel Teater Akan Pentaskan 'Mastodon' di TIM  

image-gnews
Bengkel Teater Rendra mementaskan
Bengkel Teater Rendra mementaskan "Bib Bob" karya WS Rendra di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (27/11). acara Festival Rendra ini untuk memperingati 100 hari wafatnya penyair berjuluk Burung Merak itu. ANTARA/Fanny Octavianus
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Bengkel Teater akan mementaskan lagi naskah karya seniman W.S Rendra, Mastodon dan Burung Kondor, di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, pada 11 hingga 14 Agustus mendatang. Naskah ini pertama kali  dimainkan pada tahun 1973.

Adalah Ken Zuraida, istri mendiang Rendra, yang akan menyutradarai pementasan ini. Grup teater ini memang berada di bawah payung Ken Zuraida project dan berlatih di Padepokan Bengkel Teater Rendra, Depok.

"Saya bukan Rendra. Maka, pementasan ini tentu akan sangat berbeda," kata Ken kepada wartawan saat menjelaskan pementasannya itu, Senin 25 Juli 2011. " Saya juga tidak ingin memfotokopi dia."

Karena itu pula, Ken, akan melibatkan banyak pemain-pemain baru dari berbagai daerah di Indonesia. Ia hanya akan melibatkan dua aktor pemain Bengkel Teater Rendra, yaitu Awan Sanwani dan Iwan Burnani. "Saya meminjam aktornya Mas Willy (Rendra-red)," ujarnya.

Ken mengatakan pementasan salah satu naskah masterpiece Rendra yang ditulisnya dalam rentang 1971-1973 ini tak lain adalah sebagai persembahan untuk mengenang dua tahun Rendra berpulang. Juga untuk mengingatkan kepada semua elemen masyarakat akan kondisi negeri yang hingga hari ini tak bisa dipungkiri, dalam beberapa hal, tak lebih baik dari kondisi tahun 1970-an dulu.

Mastodon dan Burung Kondor bercerita tentang pergulatan sosial politik di Amerika Latin yang sedang didera kontrarevolusi. Pemerintah yang sedang berkuasa adalah pemerintahan tentara yang terlalu berambisi melakukan pembangunan demi mempertahankan kursi kekuasaan semata. Sementara rakyat yang mendambakan hidup damai semakin menderita akibat gelap matanya program kerja pemerintah mastodon. Rakyat tak lain dimaknakan dengan burung-burung kondor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lakon ini pertama kali dipentaskan oleh Bengkel Teater pada tahun 1973 di tiga tempat, Sport Hall Kridosono Yogyakarta, Gedung Merdeka Bandung, dan Istora Senayan Jakarta. Awalnya, pementasan di Yogyakarta pada waktu itu tidak mendapatkan izin pentas karena dianggap terlalu keras menyinggung pemerintah. Namun, atas jaminan salah seorang petinggi tentara pada masa itu, akhirnya lakon ini jadi dipentaskan.

Kemudian satu bulan usai pementasan di Istora Senayan, terjadi kerusuhan besar di Jakarta yang dikenal dengan Peristiwa Malari. Beberapa media cetak pada waktu itu menyebutkan bahwa pentas Mastodon dan Burung Kondor karya Rendra ikut memicu kesadaran para aktivis Malari.

Sebelum pementasan, Ken Zuraida Production juga menghadirkan beberapa rangkaian kegiatan. Mereka melakukan ritual jalan bisu, yaitu jalan massal tanpa mengeluarkan suara dari pusat latihan di Bengkel Teater Rendra, Cipayung, hingga TIM. Selanjutnya diteruskan dengan perkemahan kaum urakan di Kompleks TIM pada 8 hingga 15 Agustus. Bahkan, mereka akan melakukan acara ritual ruwatan Gedung Graha Bhakti Budaya yang akan diselenggarakan pada 8 Agustus.

ISMI WAHID 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


7 Penyair Legendaris Indonesia Paling Terkenal

24 Oktober 2023

Mural Chairil Anwar kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa, 13 November 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat
7 Penyair Legendaris Indonesia Paling Terkenal

Deretan penyair Indonesia yang paling terkenal


Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, Sabtu 14 Oktober 2023. (Dok.Bandoengmooi)
Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.


Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Pertunjukan seni longser gelaran Bandungmooi berjudul Pahlawan Kesiangan. Dok.Bandoengmooi
Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.


Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty. TEMPO/Charisma Adristy
Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal


Hari ini 29 Tahun Lalu, Polisi Menangkap W.S. Rendra Saat Berdemo Pemberedelan Majalah Tempo

27 Juni 2023

WS Rendra pada protes pembredelan TEMPO, EDITOR dan DETIK di depan Deppen, Jakarta, 1994. Majalah Tempo dibredel untuk pertama kalinya pada 12 April 1982. Tempo, yang saat itu berusia 12 tahun, dibredel oleh Departemen Penerangan melalui surat yang dikeluarkan oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo. Dok.TEMPO/Robin Ong
Hari ini 29 Tahun Lalu, Polisi Menangkap W.S. Rendra Saat Berdemo Pemberedelan Majalah Tempo

W.S. Rendra, penyair yang dijuluki Burung Merak dan beberapa aktivis ditangkap saat melakukan demonstrasi pembredelan Majalah Tempo oleh Orde Baru


Sastrawan Remy Sylado Wafat, Puisi Mbeling dan Rahasia Nomor 23761

12 Desember 2022

Remy Sylado. TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH
Sastrawan Remy Sylado Wafat, Puisi Mbeling dan Rahasia Nomor 23761

Sastrawan Remy Sylado meninggal pada usia 77 tahun, Senin, 12 Desember 2022. Berikut kisah hidupnya dan kenangan karya-karyanya. Arti 23761?


Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.


Anies Baswedan Baca Puisi Rakyat Sumber Kedaulatan: Sebagai Pengingat

24 September 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membacakan puisi
Anies Baswedan Baca Puisi Rakyat Sumber Kedaulatan: Sebagai Pengingat

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membacakan puisi karya W.S. Rendra dalam pagelaran perdana seni teatrikal di Taman Ismail Marzuki


Hari Ini Kelahiran Wiji Thukul ke-59, Hilang Tak Tentu Rimba, Penulis Puisi Para Jenderal Marah-marah

26 Agustus 2022

Wiji Thukul. Dok TEMPO/ Rully Kesuma
Hari Ini Kelahiran Wiji Thukul ke-59, Hilang Tak Tentu Rimba, Penulis Puisi Para Jenderal Marah-marah

Wiji Thukul bukan hanya penyair, ia juga aktivis 1998 yang hilang tak tentu rimbanya sampai saat ini, Hari ini, ia harusnya berulang tahun ke-59.


Sejak Kapan W.S. Rendra Dapat Julukan Si Burung Merak?

7 Agustus 2022

Foto File: W.S Rendra membaca puisi dalam konser Suluk Hijau di Manggala Wanabhakti, Jakarta, Kamis, 27 Maret 2008. TEMPO/Dimas Aryo
Sejak Kapan W.S. Rendra Dapat Julukan Si Burung Merak?

W.S. Rendra berpulang 13 tahun lalu. Ini kisah awal mula sang penyair mendapat julukan Si Burung Merak.