TEMPO Interaktif, Denpasar - Untuk mengkaji dan mendalami persoalan kaum perempuan di Indonesia, Bentara Budaya Bali melalui program Sinema Bentara akan menyuguhkan film-film besutan sutradara Nia Dinata. Acara berlangsung pada Senin-Selasa, 18-19 Juli 2011 malam, dan diakhiri dengan diskusi bersama pengamat sosial dan gerakan perempuan Bali, Nazrina Zuryani.
"Kita akan bisa melihat problem yang dihadapi perempuan Bali saat ini," kata Juwitta Lasut dari Bentara Budaya Bali pada Senin, 18 Juli 2011.
Nia Dinata dikenal sebagai sineas perempuan yang memenangi berbagai ajang penghargaan dan festival film lewat karya-karyanya, semisal Ca Bau Kan, Arisan!, dan Perempuan Punya Cerita. Film-filmnya telah meraih penghargaan di Seoul, Belanda, MTV Indonesian Movie Awards, dan Festival Film Indonesia.
Ca Bau Kan (2001) diangkat dari novel Remy Silado yang berkisah tentang komunitas Tionghoa Indonesia pascareformasi. Film ini mengantarkan Nia pada predikat Sutradara Baru Terbaik yang Menjanjikan di Festival Film Asia Pasifik, Korea (2002), dan film ini bahkan diunggulkan sebagai kandidat Film Asing Terbaik pada Oscar 2003.
Arisan! yang dirilis pada tahun 2003 merupakan sebuah film yang menampilkan keunikan kehidupan kaum kosmopolitan di Jakarta. Arisan! berhasil memenangi lima penghargaan utama dalam Festival Film Indonesia 2004, yaitu Film Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Film ini lalu diputar di festival film Internasional, seperti di New York, Amsterdam, dan Vancouver.
Dalam Berbagi Suami (2006) dan Perempuan Punya Cerita (2008), Nia lebih dalam menyoroti sekaligus mengkritik peran gender dan budaya patriarki yang kerap menimbulkan gejolak tersendiri bagi kaum perempuan. Melalui dua filmnya tersebut, lulusan ilmu komunikasi massa di Elizabethtown College, Pennsylvania, Amerika Serikat, ini secara gamblang mamaparkan kompleksitas dunia perempuan di tengah masyarakat urban Indonesia.
Adapun Dr. Nazrina Zuryani adalah pemerhati masalah sosial-budaya, khususnya di Bali. Dia juga melakukan pengkajian mendalam mengenai peran perempuan di tengah masyarakat urban yang belum sepenuhnya terlepas dari kungkungan budaya patriarki. Dosen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ini meraih gelar Ph.D. dari Newcastle University dengan disertasinya tentang masalah wanita Bali, terutama di daerah Buleleng, yang terkait program-program pemberdayaan Uni-Eropa.
ROFIQI HASAN