TEMPO Interaktif, Washington - Ensambel angklung terbesar, yang dimainkan 5.182 orang di National Mall Washington, DC, Amerika Serikat, telah memecahkan rekor dunia dan tercatat dalam The World Guiness Book of the Record. Para pemain angklung, yang sebagian besar amatiran, membawakan lagu "We are the World".
Pertunjukan itu digelar dalam rangkaian Indonesia Festival pada Sabtu, 9 Juli 2011 lalu, dengan mengangkat tema "Merayakan Multikulturalisme". Acara yang diprakarsai oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia ini berhasil menyatukan orang dari berbagai bangsa dan bahasa untuk bermain angklung bersama di lapangan terbuka. Selain pertunjukan angklung, mereka juga menggelar pameran batik selama 12-16 Juli di gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, sebagai bagian dari American Batik Design Competition, yang berlangsung sejak Maret lalu dan akan berakhir pada November mendatang.
Permainan angklung itu dipimpin Daeng Udjo, putra keempat Udjo Ngalagena, maestro angklung dari Bandung. Para pemain, yang sebagian besar tak pernah mendengar soal angklung, sangat antusias mencoba dan menikmati suara yang dihasilkan alat musik bambu warisan bangsa Indonesia tersebut. Terik matahari di musim panas yang berkisar di angka 32 derajat Celcius tidak membuat para peminat angklung, baik tua maupun muda, itu surut langkah.
Dibekali angklung-angklung yang diberi kode nama-nama pulau Indonesia sebagai pengganti nada do-re-mi, para pemain amatir itu mendengar dengan saksama petunjuk Daeng Udjo. Sandi-sandi nada dari kepalan jari dan tangan kanan Daeng Udjo dapat dimengerti dengan cepat oleh para peserta. Walhasil, musik pun mengalir sempurna dan para penonton bersorak senang.
Di panggung tampak Duta Besar RI, Dino Pati Djalal; Duta Besar RI untuk Perserikatan Bangsa Bangsa, Hasan Kleib; Managing Director World Bank, Sri Mulyani; Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, Gita Wirjawan; pengusaha dan promotor musik Peter F. Gontha; aktris Christine Hakim, dan sejumlah diplomat asing di kota tersebut.
Seusai rekor sejarah angklung itu diumumkan tim juri, di atas panggung Dino Pati Djalal sempat tertunduk diam dan kemudian menutup wajah dengan kedua tangannya. Tak lama kemudian senyum haru terkembang di wajahnya yang memerah, yang kemudian berangkulan cukup lama dengan Daeng Udjo. "Ini di luar dugaan saya. Seribu orang pemain pun sebenarnya cukup untuk mendapatkan penghargaan ini," kata Dino.
Acara siang itu, menurut juri, memang "unbelieveable" karena hampir sebagian besar dari pemain angklung adalah mereka yang belum tahu dan belum pernah memainkan angklung sama sekali.
Festival Indonesia ini adalah acara pertama yang memperkenalkan Indonesia secara terbuka kepada publik. Setiap pemain angklung pria diberi ikat kepala dari Bali dan wanita diberi selendang batik. Acara ini dimeriahkan oleh grup musik asal Australia, Air Supply, yang mengisi panggung selama 1 jam. Artis pendukung lain yang tampil dari Jakarta adalah Sherina, Elfa Secoria, Balawan dan Denada. Adapun artis internasional yang tampak mengisi panggung adalah Brazilian Percussion dan Interfaith Concert, yang terdiri dari Native Deen yang muslim, Davids Griffiths and the Praise and Worship Experience yang Kristen, dan Lox n Vodka yang Yahudi.
VICTORIA SIDJABAT