TEMPO Interaktif, Denpasar - Film dokumenter karya Dwitra J. Ariana berjudul Lampion-lampion dinyatakan sebagai film terbaik Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) 2011. Film produksi Sanggar Siap Selem dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli itu dinilai berhasil menampilkan sisi multikulturalis kehidupan masyarakat Bali.
"Ia memenuhi aspek artistik dan sinematografi genre film dokumenter,” kata Koordinator Pelaksana FFDB, Agung Bawantara, Minggu, 10 Juli 2011, di Denpasar, Bali.
Film itu berkisah tentang kerukunan hidup antara warga Bali dengan peranakan Cina di Desa Lampu, Kabupaten Bangli. Di desa tersebut, meski minoritas, penduduk Cina bisa menjadi kelihan (ketua) banjar yang didasari agama Hindu. Banjar adalah komunitas tradisional masyarakat Bali yang berada di bawah desa.
Juara kedua festival ini adalah Opera Batak karya Andi Hutagalung (Produksi Umatic, Medan, Sumatera Utara); juara ketiga adalah Seni Budaya antara Harapan dan Realita” karya Putu Widna Yuniawahari (Produksi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung), dan Juara Harapan adalah Baris Jangkang karya siswa-siswi SMKN I Mas Ubud, Gianyar.
Agung menyatakan kualitas peserta tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu. "Memang masih banyak kekurangan, tetapi arahnya sudah tepat,” ujarnya. Acara yang berlangsung sebagai bagian dari Pesta Kesenian Bali (PKB) ini juga sudah mendapatkan komitmen dari Pemerintah Bali untuk menjadi agenda tetap.
Tahun ini, kemajuan tampak jelas dari keterlibatan sejumlah nama tenar yang menjadi juri, seperti aktor Slamet Rahardjo, maestro film dokumenter Lauren Blair, maestro tari Wayan Dibia, dan fotografer Rio Helmi. Mereka juga akan memberikan dukungan dengan memberikan workshop pada tahun-tahun berikutnya.
Tahun lalu, semua karya yang masuk kemudian disertakan lagi dalam lomba tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Perfilman. Hasilnya, film Topeng Dalem Sidakarya produksi Pemerintah Kota Denpasar keluar sebagai Juara I, Janger Kolok produksi Pemkab Buleleng sebagai Juara II, dan Swadharmaning Jro Gde Ring Batur produksi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dwijendra Denpasar keluar sebagai Juara Harapan I.
Meski demikian, anggota Dewan Juri, Slamet Rahardjo, berharap para peserta akan lebih tajam lagi dalam memotret realitas yang mereka tampilkan. Sebab, masih banyak karya yang cenderung hanya seperti tempelan tanpa fokus yang jelas. Padahal, film adalah sebuah sarana untuk menyampaikan informasi secara singkat, namun padat dengan tujuan untuk mempengaruhi orang yang menontonnya.
ROFIQI HASAN