TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Komunitas Gayam 16 kembali menggelar Festival Gamelan Yogyakarta pada tahun ini. Festival yang difokuskan di Taman Budaya Yogyakarta itu berlangsung 7-9 Juli 2011.
Dalam acara pembukaan yang digelar kemarin malam, gedung Concert Hall Taman Budaya penuh sesak oleh pengunjung. Bukan saja manula berusia lanjut yang datang menyaksikan, sebaliknya kebanyakan pengunjung itu merupakan kaum muda. "Dengan kapasitas ratusan kursi, saya yakin penonton mencapai seribuan orang," kata Manajer Entertainmet dan Education Komunitas Sari Utami Haryaningtyas, Jumat 8 Juli 2011.
Malam itu, ada empat kelompok kesenian yang tampil, yakni Sanggar Seni Anak Sang Bumi, Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, Gamelan Lovers (ketiganya asal Yogyakarta) dan Wong Yogya in Collaboration with Makoto and Kumiko, yang merupakan kolaborasi antara Yogyakarta dan Jepang.
Sari menambahkan, festival diikuti oleh 11 peserta. Tak hanya berasal dari Yogyakarta, melainkan dari seluruh Indonesia dan luar negeri. Selain 4 peserta itu, ada Adkar Java Musik (Yogyakarta), Alex Dea and friends (USA, Taiwan, Malaysia dan Indonesia), Rene Lysloff (USA) dan Pusat Kesenian Balemong (Ungaran). Mereka akan tampil pada Jumat malam.
Adapun di hari terakhir, Sabtu malam, akan dipentaskan penampilan dari Gamelan Bocah (Yogyakarta), Rasamaya (Solo) dan Mandi Laras (Pamekasan, Madura).
Menurut Sari, target utama dari festival bukan hanya sekedar mendatangkan penonton sebanyak-banyaknya. Melainkan meningkatnya minat masyarakar untuk melestarikan kesenian gamelan. Dia membandingkan dengan festival sebelumnya, yang digelar belasan tahun lalu, penonton yang datang dodiminasi oleh orang-orang tua. "Jangan sampai terjadi degradasi budaya," kata perempuan yang sudah 12 kali rutin ikut dalam festival itu.
Dengan waktu persiapan festival selama 1-2 bulan sebelumnya, Sari mengaku pagelaran tahun ini merupakan hal luar biasa. Tak hanya penonton, para calon peserta pun cukup antusias mendaftar. Dia menjelaskan sebelumnya ada tiga peserta asal luar negeri yang terpaksa batal mengikuti festival lantaran padatnya daftar tunggu. "Peserta yang sekarang ini, mereka yang indent setahun lalu," kata dia.
Festival ke 16 kali ini, mengambil tema therapy for life. Melalui tema itu, festival memiliki pesan bahwa gamelan bukan sekedar alat musik. Melainkan lebih dari itu, yakni dapat menjadi sarana yang membantu hidup manusia lebih harmonis.
ANANG ZAKARIA