TEMPO Interaktif, Jakarta - Penyanyi religi Opick mengaku terpengaruh almarhum sastrawan WS Rendra dalam menulis bait-bait lagu. Kepada sastrawan berjuluk Burung Merak itu, Opick belajar merangkai kata demi kata yang penuh makna, namun enak didengar.
"Dia (Rendra) adalah guru saya," tuturnya di Kemang, Jakarta Selatan, Rabu, 6 Juli 2011.
Selain Rendra, ia ternyata juga terpengaruh dengan sejumlah pujangga klasik islam seperti Jalaluddin Rumi atau Fariduddin At-Thar. Kedua pujangga ini dikenal sebagai tokoh sufi di masa kejayaan Islam. "Saya juga terpengaruh karya-karya klasik islam seperti Tazkiratul Aulia dan Mantiqut Thuyur," jelas dia.
Dari pengaruh beberapa pujangga ini, Opick bisa dibilang berhasil menghipnotis penggemarnya dengan alunan nada mendayu-dayu. Sebut saja lagu Bila Waktu Berakhir, Cahaya Hati, Maha Melihat, dan lain-lain.
Namun, soal mencipta lagu, diakui Opick bukan perkara mudah. Untuk membuat satu lirik lagu, ia mengatakan dibutuhkan waktu yang relatif lama dan harus dilakukan secara intens. "Ada semacam exercise menulis setiap hari, bahkan jika tidak ada ide. Saya buat sampai menemukan senandungnya," beber Opick.
Proses kreatif tersebut mudah terwujud apabila dilakukannya di Mekkah saat haji atau umrah. Opick menyebutkan lagu seperti Asmaul Husna, atau Haji yang terinspirasi dari proses munajatnya di Arab Saudi. "Jadi saya punya semacam Bank Ide di sana. Di sini saya tinggal membuatkan aransemen, kemudian di-workshop-kan bersama tim," tutur pria yang mengaku datang ke Mekkah setiap tahun ini.
MUSTHOLIH