TEMPO Interaktif, Jakarta - Musiknya cadas. Tapi, siapa sangka mereka lihai menggabungkan musik modern itu dengan tekstur tradisional Celtic. Instrumen-instrumen unik, seperti bombarde, semacam alat musik flute dari Bretagne, Prancis Barat, mengalun di antara musik keras itu.
Rabu malam lalu, 15 Juni 2011, Rolling Stone Live Venue, Jakarta, dipenuhi penikmat musik rock yang ingin mendengarkan penampilan grup band rock n' roll Celtic, Merzhin. Konser meriah dalam rangka Printemps Français 2011, Centre Culturel Français (CCF), Jakarta, ini menggabungkan musik modern dengan genre tradisional Celtic.
"Sulit bagi kami untuk mempertahankan musik tradisional dalam genre musik modern. Ini tantangan kami," ujar Pierre Le Bourdonnec, vokalis. Musik rock menjadi tren di Prancis pada sekitar 1970-an. Dan Merzhin berani menggabungkan musik modern ini dengan unsur tradisional Celtic.
Pierre mengaku grupnya terinspirasi oleh jenis musik yang masih sangat natural itu. Pada lagu Conscience, misalnya, mereka memainkan bombarde dengan irama cepat. Di sini terdengar suasana Celtic yang sangat khas. Ada kesan magis dari unsur musik tradisional itu, meski tak banyak karena masih kalah jauh dibanding warna modern rock yang mereka bawa. Namun, kesan tradisional itu memberi bumbu yang membikin setiap lagu terdengar lain.
Merzhin, yang dibentuk pada 1996, berasal dari Kota Landernau, wilayah Bretagne, Prancis. Selain Bourdonnec, vokalis, mereka terdiri atas Ludovic Berrou (saksofone, klarinet, flute, bombarde), Vincent L'Hour (gitar elektrik), Stéphane Omnès (gitar, ebow), Damien Le Bras (bas), dan Jean-Christophe Colliou (drum). Dalam bahasa Breton--salah satu bahasa Celtic--nama grup ini tak lain adalah singkatan dari Merlin, yaitu nama pesulap dalam mitologi Celtic.
Hingga saat ini mereka telah merilis enam album, yaitu Pleine Lune (2000), Adrénaline (2002), Pieds Nus Sur La Braise (2006), Live (2008), Merzhin Moon Orchestra (2009), dan yang terbaru adalah Plus Loin Vers l’Ouest yang dirilis pada 2010 .
Setelah dibuka oleh band Monkey to Millionnaire, pada konsernya malam itu Merzhin membawakan tak kurang dari 17 lagu. Bukan hanya lagu-lagu dengan irama yang mengentak-entak, mereka juga mempersembahkan lagu dengan tempo yang sedikit lambat. "Pacte du Diable", misalnya. Lagu ini lambat tetapi cenderung riang. Vokalis mencoba berinteraksi dengan penonton, yang malam itu berdiri di depan panggung. Simak pula lagu "Etincelle", yang iramanya mirip musik ska. Penonton terlihat menikmati tiap entakan itu.
ISMI WAHID