TEMPO Interaktif, Jakarta - Kesuksesan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di masa 1970-an dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana (KB) lewat medium seni tradisional hendak dikibarkan kembali. Setelah pada 2009 lalu berhasil menyusupkan pesan KB dalam kesenian wayang di Provinsi Lampung, kini BKKBN bersiap menggelar festival seni nusantara yang melibatkan 33 provinsi. Acara tersebut bertajuk “Festival Kreasi Seni Budaya GenRe (Generasi Berencana) Nusantara 2011”.
“Acara ini merupakan kegiatan pendukung sebagai rangkaian peringatan Hari Keluarga XVIII pada 29 Juni 2011. Puncak peringatannya akan dihelat pada 30 Juni 2011 di Kota Baru-Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat," kata Kepala BKKBN Sugiri Syarief dalam jumpa wartawan di Jakarta, Jumat, 17 Juni 2011 lalu. Festival ini juga akan dimeriahkan oleh artis-artis ibu kota di antaranya grup band GIGI, Letto, Nygta Gina, dan Mahagenta Orkestra.
Festival yang akan dihelat di Plaza Arsipel, Taman Mini Indonesia Indah, tanggal 24-26 Juni 2011, ini membagi ajang dalam tiga kategori seni, yakni seni tari, teater, dan musik. Dalam seni tersebut akan disusupkan pesan-pesan pentingnya ber-KB secara interaktif, baik dengan gubahan lagu ataupun sandiwara dan tari.
“Kesenian merupakan bahasa universal yang mampu menyusup ke tengah masyarakat mana pun,” katanya. Sugiri pun yakin bahwa medium ini takkan hanya dihadiri oleh para orang tua, melainkan juga anak muda. “Saya yakin pesan ini tepat sasaran, meski memang anak muda sekarang lebih banyak yang menggandrungi budaya pop, tapi setidaknya masih ada yang menyukai seni tradisional juga kan,” ujarnya.
Budayawan Sitok Srengenge yang ikut berpartisipasi sebagai juri mengaku akan kesulitan memilah pemenang. “Karena akan ada banyak sekali peserta. Bayangkan, jika masing-masing provinsi akan menghadirkan 12 tim yang terdiri dari sepuluh orang penampil,” kata Sitok. Namun, Sitok bersikeras bahwa dirinya dan tim juri lain akan mencari yang terbaik.
“Susupan pesan KB sebenarnya tak hanya bisa menambah kreativitas, tapi juga bisa mendistorsi seni itu sendiri,” katanya. Karenanya, lanjut Sitok, peserta harus pandai mengkomposisikan seni dengan pesan tersebut agar tak tersaji secara berlebihan.
AGUSLIA HIDAYAH