Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sensualitas Perempuan ala Indrani  

image-gnews
Indrani Ashe di pameran seni instalasi karyanya, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta (08/06/2011). TEMPO/Suryo Wibowo
Indrani Ashe di pameran seni instalasi karyanya, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta (08/06/2011). TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO Interaktif, Yogyakarta -

Puluhan telapak tangan itu merayap di dinding. Terbuat dari guntingan kertas warna perak, berbaris mengular menuju pada sebait pada kalimat.

Those fingers aren’t mine; they look like
They belong on the body of a child
A girl who can possibly
Know the dirty delicious thing I know

Tulisan itu kelihatan tak rapi dan lebih mirip coretan tangan orang iseng. Di kanan dan kirinya, menempel dua gelungan rambut palsu. Berbagai aksesoris tambahan tergantung di atas masing-masing gelungan. Potongan tangan boneka plastik dan pernak-pernik mutiara mainan untuk gelungan kiri, serta sepasang sepatu, bra dan sebuah buku harian bersampul merah untuk gelungan kanan.

Indrani Ashe, seniman instalasi kelahiran Amerika, 1984, sengaja menggunakan dua gelungan rambut itu untuk menggambarkan tahapan perjalanan seorang perempuan. Dari masa kanak-kanak hingga tumbuh menjadi dewasa. Terpajang di sudut ruangan, karya itu merupakan bagian dalam pameran seni rupanya bersama Haseena Abdul Majid, seorang penulis, wartawan dan aktifis lembaga sosial masyarakat asal Singapura yang digelar di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta, hingga 21 Juni mendatang.

“Saya mencoba memberi respon pada puisi Haseena,” kata Indrani di sela pembukaan pameran, Rabu (8/6) pekan kemarin. Pameran bertema “Belajar Membuat Api (Learning to Make Fire): Puisi Rupa tentang Sensualitas Perempuan”, “Bagaiaman kata-kata (dalam puisi) itu tervisualkan” itu disiapkan sejak Januari lalu.

Di tangan perempuan berdarah Bengali-Amerika yang sejak 2008 terus mondar-mandir Indonesia-Amerikan itu, puisi Haseena tervisualisasi dalam berbagai dimensi karya seni instalasi. Ruang galeri Kedai Kebun seluas sekitar 100 meter persegi itu dipenuhi rangkaian karya 2 dan 3 dimensi yang menempel di dinding, tergantung di plafon hingga membalut tiang di tengah ruangan.

Di bagian dinding yang lain misalnya, terpampang sebuah cermin berukuran tak kurang dari 50 X 50 sentimeter. Di sudut kiri bawah cermin menempel sebuah rak plastik dengan sebuah mug berisi sikat gigi di atasnya. Dalam karya instalasi yang mirip kaca di kamar mandi itu, Indrani menambahkan unsur dekoratif berupa guntingan kertas warna perak berbentuk mata. Jumlahnya puluhan dan terangkai menjadi semacam daun dan ranting pohon yang merambat di dinding.

Seperti yang tertulis di dinding ruangan, instalasi Indrani itu merupakan gambaran untuk sebuah puisi Haseena yang berbunyi; “Your eyes blot out the sink, the faucet and my purple tooth brush in a mug. I stole from a corporate coffe tyrant.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Learning To Make Fire, kata Indrani yang pernah menjalani pendidikan di Wake Forest University Amerika jurusan Studio Seni pada 2006, merupakan satu rangkaian puisi yang dinarasikan dalam satu kesatuan tema, proses menstruasi dan menjadi tua. Dua kesatuan narasi itu, divusualkan dalam bentuk karya instalansi.

Bertemu dengan Haseena di Bandung setahun lalu, Indrani mengaku tertarik dengan ide Haseena tentang perempuan dan banyak hal yang terungkap di puisinya. Saat itu, mereka tinggal serumah dan banyak berdiskusi tentang persoalan aktual yang dialami perempuan. “Ada banyak pusisi yang dia tulis, tapi saya hanya memiliki sedikit diantaranya,” kata dia.

Untuk memenuhi hasrat menterjemahkan puisi Haseena, Indrani tak tanggung-tanggung dalam mempersiapkan pamerannya di Kedai Kebun. Bahkan, beberapa pekan sebelum pameran resmi dibuka, secara menyicil dia memasang  beberapa bagian dari karya yang akan dipamerkan. Jadilah, saat pameran resmi dibuka Rabu pekan kemarin, ruangan yang berukuran tak terlalu luas, sekitar 8x8 meter, terlihat penuh oleh karyanya.

Karya-karya Indrani  didominasi oleh  stoking, kelambu, bantal, bra hingga rambut-rambut palsu. Di salah satu tiang ruangan misalnya, rangkaian stoking berisi busa ditumpuk menyerupai belasan kaki-kaki perempuan. Di bagian tengahnya, Indrani menyelipkan rambut-rambut palsu.

Rambut, menurut dia, adalah media yang tepat untuk menggambarkan aspek sensualitas perempuan. Setiap perempuan, juga semua manusia tentu memiliki rambut di sekujur tubuhnya. “ Masalahnya kemudian adalah dimana rambut-rambut itu tumbuh. Tentu saja di bagian yang terlihat hingga tak terlihat,” katanya.

Dari tiap karyanya, Indrani membawa dua sisi yang berbeda dari sensualitas perempuan. Dalam karyanya yang lain misalnya, yang berupa rangkaian tiga bantal menempel vertikal di dinding. Dua bantal di bagian atas dan bawah, yang mengapit sebuah banyal warna merah muda, dipenuhi oleh bra. Lagi-lagi, Indrani menambahkan rambut di masing-masing bantal uniknya itu.

Tiga bantal itu adalah representasi dari kehangatan seorang perempuan. Tak seorang pun di dunia ini, kata dia, yang tak pernah menerima kehangatan seorang perempuan. Baik saat dia menjadi anak yang mendapat kehangatan seorang perempuan yang menjadi ibu atau pengasuhnya atau ketika dia dewasa dari perempuan yang menjadi istri yang dicintainya.

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

23 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

30 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.