TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebuah buku yang memaparkan seni rupa kontemporer Indonesia diterbitkan bersamaan dengan pameran "Indonesian Eye: Fantasies & Realities" di Ciputra Artpreneur Centre, Jakarta, yang berlangsung 9 Juni-10 Juli 2011. "Buku ini akan dipasarkan ke seluruh dunia," kata Jim Supangkat, salah satu penulis di buku ini.
Buku Indonesian Eye: Indonesian Contemporary Art itu diterbitkan oleh SKIRA dan disunting oleh Serenella Ciclitira, kolektor dan pengamat seni yang mendapat gelar kehormatan untuk Sejarah Seni dari Trinity College, Dublin, dan gelar Honorary Fellow of the Royal College of Art di London.
Serenella telah bekerja bersama banyak seniman dan galeri di dunia dan bersama suaminya, David Ciclitira, menjadi salah satu pendiri dan kurator pameran "Korean Eye" dan editor Korean Eye: Contemporary Korean Art. Sejak 1990, ia memberikan penghargaan tahunan The Parallel Prize for Painting dan Serenella Ciclitira Scholarship for Sculpture.
Buku lukis setebal 375 halaman itu menjadi semacam perluasan dari pameran "Indonesian Eye" di Jakarta karena memuat 500 karya dari 74 seniman Indonesia masa kini. Mereka antara lain Heri Dono, Edo Pillu, Eddie Hara, Nindityo Adipurnomo, Jompet Kuswidananto, Angki Purbandono, Haris Purnomo, Mella Jaarsma, Handiwirman, dan Rudi Mantofani.
Buku ini digarap oleh kurator yang sama dengan kurator pameran, yakni Serenella Ciclitira; Tsong-zung Chang, Professor Tamu di China Art Academy di Hangzhou; dan Nigel Hurst, CEO Saatchi Gallery. Adapun tim kurator Indonesia adalah Jim Supangkat, Asmudjo Jono Irianto, dan Farah Wardani.
Proyek ini, kata David Ciclitira, dimulai dengan pameran "Korean Eye". "Kami ingin membantu seniman kontemporer lokal mendapat akses ke dunia internasional," katanya.
KURNIAWAN