TEMPO Interaktif, Manado - Riyanni Djangkaru mengaku gemar makan seafood. Selain cita rasanya yang khas, makanan laut dinilainya juga lebih sehat dibandingkan dengan daging dan semacamnya.
Namun, wanita yang dikenal lewat acara Jejak Petualang itu mulai saat ini akan mulai pilih-pilih jenis ikan yang bakal disantapnya, di rumah maupun di restoran.
Hal itu dia lakukan setelah mengetahui saat ini populasi ikan di dunia, termasuk di Indonesia, sudah banyak berkurang. “Kalau ikan sudah dalam kategori berbahaya karena akan punah, saya tentu akan mengurungkan niat saya untuk memakannya,” ujarnya dalam acara kampanye publik bertajuk ‘Bijak Memilih Seafood’ yang digelar World Wide Fund for Nature (WWF-Indonesia) di Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin, 30 Mei 2011.
Meski begitu, bukan berarti dia tidak lagi makan seafood. “Lebih baik kita kurangi dari sekarang daripada kita harus puasa makan ikan yang populasinya tinggal sedikit ini,” ujarnya.
Sementara itu, WWF-Indonesia menyebutkan sumber daya ikan di Indonesia saat ini ternyata sudah berstatus 55 persen overexploited. Itu berarti terlalu berlebihan diambil tanpa ada pengembangbiakan yang seimbang.
Dalam kampanye tersebut, WWF membagikan Seafood Guide versi terbaru. Panduan dalam bentuk buku saku itu berisi mengenai daftar spesies laut yang populasinya masih aman, semakin terbatas, dan terancam dengan menggunakan blok penulisan warna hijau, kuning dan merah.
Direktur Marketing dan Komunikasi WWF-Indonesia, Devy Suradji, mengatakan pihaknya tidak melarang penikmat seafood berhenti mengkonsumsi menu favoritnya, melainkan mengajak orang untuk semakin bijak memilih seafood. “Agar ketersediaannya dalam jangka panjang dan terjamin,” ujarnya.
ISA ANSHAR JUSUF