TEMPO Interaktif, Jakarta - Hampir tiga jam GIGI memuaskan ribuan penggemarnya dalam konser Sweet Seventeen di Istora Senayan, Kamis malam, 26 Mei 2011. Konser tersebut digelar untuk menunjukkan eksistensi GIGI selama 17 tahun berkarya di kancah musik Indonesia.
Konser ini diwarnai tema keagamaan, kemanusiaan, dan persahabatan seiring dengan perjalanan band yang merayakan hari jadinya ke-17 tahun ini. Sempat beberapa kali berganti personel, GIGI kini digawangi Armand Maulana (vokal), Thomas Ramdhan (bass), Dewa Budjana (gitar), dan Gusti Erhandy Rakhmatullah (drum).
Sebelum konser yang dinantikan para penggemar GIGI atau GIGI KITA dimulai, lagu Indonesia Raya berkumandang. Lagu itu mencerminkan rasa nasionalisme yang tinggi dari grup band yang album pertamanya bertajuk "Angan" tersebut.
Sebelum GIGI beraksi ke atas panggung, pecinta musik yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Tantowi Yahya dengan bangga memberi sambutan. Tantowi menceritakan secara singkat awal kiprah GIGI terjun ke industri musik Indonesia.
GIGI pernah ada di bawah perusahaan rekaman milik Tantowi, Cee Pee. Tantowi mengungkapkan perjalanan karier GIGI secara singkat, terutama masa-masa kritis saat GIGI bongkar pasang personel. “Tidak banyak yang tahu bahwa 1 dari 23 album GIGI separuh pengerjaannya dilakukan di Amerika Serikat dengan melibatkan musisi sekelas Billy Sheehan (pencabik bas Mr Big),” tegasnya.
Pukul 20.00 WIB, petikan gitar Tohpati menandakan kemunculan satu per satu personel grup band GIGI. Lagu pertama Sang Pemimpi yang menjadi soundtrack film berjudul sama ini sontak membuat penonton berteriak ikut bernyanyi.
Disusul lagu kedua berjudul 1999 Menangis. Saat lagu ketiga, Distorsi Manusia, Armand mulai menyapa penonton dengan teriakan "Assalamualaikum". Armand lalu bercerita tentang tiga lagu pembuka yang mengupas mengenai kemanusiaan dan kondisi dunia sekarang yang dihancurkan oleh manusianya sendiri. “Sampai kapan pun kalau mimpi lu positif, maka akan jadi seseorang,” semangat Armand.
Sesaat konser begitu hening, tiba-tiba saja Hendy menggebuk drum yang memang telah di set berada di atas penonton VIP. Penampilan solo drum Hendy sekitar enam menit semakin lengkap dengan tata cahaya yang luar biasa. Acara berlanjut menjadi suasana remix melalui aksi DJ Riri dan Thomas yang memainkan bass.
Tak ketinggalan gitaris berdarah Bali, Dewa Budjana, menunjukkan kelihaiannya mengulik gitar listrik. Saat penonton menikmati alunan petikan gitarnya, suasana terasa kocak. Dewa mengakhirinya dengan nada lagu Cicak Cicak di Dinding.
Armand paling enerjik di antara tiga sahabatnya. Malam itu, seperti biasa, dia melompat, berlari ke sana ke mari, melempar mik ke udara, lalu menangkapnya dengan lincah. Tak hanya itu, selain menunjukkan betapa prima tubuhnya, Armand juga memamerkan keahliannya berkomunikasi di panggung. Lelucon menggelitik fasih saja keluar dari mulutnya sehingga membuat suasana penuh gelak tawa.
DWI OKTAVIANE