TEMPO Interaktif, Jakarta -Selasa malam lalu, mendiang musisi legendaris Ismail Marzuki seolah hadir lewat sebuah pergelaran bertajuk Musik Klasik Ciptaan Ismail Marzuki. Pertunjukan musik yang digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat itu untuk mengenang 53 tahun wafatnya sang musisi dan sebagai bentuk apresiasi terhadap karya-karyanya yang menjadi inspirasi dalam mengisi pembangunan di Indonesia.
Pertunjukan yang dimeriahkan oleh paduan suara Institut Kesenian Jakarta dan orkestra dengan konduktor Hari Poerwanto itu menyuguhkan karya-karya Ismail Marzuki dalam balutan musik klasik. Diawali dengan lagu Indonesia Pusaka dan Gugur Bunga, yang menggugah dan membangkitkan rasa nasionalisme ketika dibawakan seorang penyanyi cilik dengan konsep teatrikal.
Setelah itu, lagu Sersan Mayor, Jangan Ditanya ke Mana Aku Pergi, dan Kopral Jono, kemudian mengalun. Tembang lawas itu membawa kita bernostalgia. Dua lagu yang disebut terakhir dibawakan oleh duet penyanyi.
Pertunjukan ini kian menarik dengan kemunculan Acil Bimbo ke atas panggung. Ia mendendangkan nomor yang tak terlalu populer bertajuk Lagu Wanita. Kehadiran Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, yang semula membuka acara, menambah kemeriahan pertunjukan dengan melantunkan tembang Aryati.
Sayangnya, pertunjukan ini agak kurang dengan tak maksimalnya kelengkapan instrumen alat musik dalam standar orkestra. Meski begitu, suguhan yang ikut memperkaya khazanah musik dalam negeri ini patut didukung.
Ismail Marzuki adalah seniman legendaris Jakarta kelahiran Kwitang. Pemuda yang terkenal gemar tampil necis dan rapi ini mewarisi darah seni dari sang ayah, Marzuki. Kala itu ayahnya, pegawai di perusahaan Ford Reparatieer TIO, dikenal gemar memainkan kecapi dan piawai melantunkan syair yang bernapaskan Islam.
AGUSLIA HIDAYAH