Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Daeng Manda Angkat Tari Langka Pakarena Bura'ne Kasuwiang  

image-gnews
Sejumlah penari memainkan Tarian Pakarena di Balla Lompoa, Gowa, Sabtu (14/05)  . Tarian tersebut merupakan perwujudan tiga tingkat alam kehidupan manusia, yakni alam atas (rate), alam tengah (tangnga), alam bawa (irawa), serta sembilan lubang kehidupan pada tabuh manusia. TEMPO/Tri yari Kurniawan.
Sejumlah penari memainkan Tarian Pakarena di Balla Lompoa, Gowa, Sabtu (14/05) . Tarian tersebut merupakan perwujudan tiga tingkat alam kehidupan manusia, yakni alam atas (rate), alam tengah (tangnga), alam bawa (irawa), serta sembilan lubang kehidupan pada tabuh manusia. TEMPO/Tri yari Kurniawan.
Iklan

TEMPO Interaktif, Makassar - Suara alat tiup memecah keheningan malam itu. Sejurus kemudian, Daeng Manda telah memasuki ruangan tengah Istana Tamalate Kabupaten Gowa diiringi perempuan berbaju bodo. Di belakang iringan yang membawa erang-erang berupa boneka pakarena perempuan, ke-12 penari utama sudah berbaris mengenakan sigara (penutup kepala). Mereka membawa tombak, perisai, dan kipas. Di kaki kanan penari terpasang gelang berwarna keemasan. Tiap kali penari bergerak, gemerincing gelang kaki bersahutan dengan alunan musik. Tak lama berselang, salah seorang penari bersila menghadap ke Daeng Manda yang kemudian bibirnya berkomat-kamit merapal mantra.

Tarian yang direkonstruksi oleh pria kelahiran Sidrap itu menarik perhatian penonton sekaligus mengundang kontroversi. Persoalannya, mayoritas masyarakat belum pernah mendengar tarian itu, apalagi melihat tari pakarena yang dibawakan oleh kaum pria. "Saya tidak tahu tari pakarena bura'ne kasuwiang. Unsur gerak dan musiknya diambil dari mana. Ini hal yang baru," kata salah seorang penonton yang juga musisi, Solihin, dalam sesi diskusi, Sabtu, 21 Mei 2011. Lebih jauh, Solihin mengatakan perlu ada pijakan dasar, baik lisan maupun di prasasti, untuk mengatakan bahwa tari ini sudah ada sejak dulu.

Menanggapi hal itu, Daeng Manda mengatakan dulu ada nama daerah Kasuwiang Selatan di Tanah Gowa yang terdiri atas kerajaan-kerajaan kecil. Kala itu, jika ada wabah yang menyerang, kerajaan kecil ini berkumpul mendatangkan roh untuk ditanyai perihal musibah yang menimpa kerajaannya. "Roh tersebut dipanggil untuk dimintai jawaban tentang wabah yang menimpanya. Biayanya besar, jadi kerajaan-kerajaan kecil berkumpul," katanya dalam bahasa Makassar. Untuk itu, ia tak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa penghubung roh dengan manusia adalah bissu lantaran tari pakarena bura'ne kasuwiang sejak dulu digunakan sebagai mediator dalam pemanggilan roh.

Gerak tarian pakarena bura'ne kasuwiang pun jauh dari kesan tangkas dan lincah sebagai refleksi kaum Adam yang memainkannya. Gerakannya lambat dan monoton. Menurut Daeng Manda, tarian tersebut hidup dan berkembang di komunitas suku Gowa dan Pangkajene Kepulauan. Hal itu merupakan perwujudan tiga tingkat alam kehidupan manusia, yakni alam atas (rate), alam tengah (tangnga), dan alam bawah (irawa), serta sembilan lubang kehidupan pada tabuh manusia. "Itulah alasannya kenapa ada 12 penari," ujar Daeng Manda.

Tarian ini juga berfungsi sebagai pengusir roh jahat dan wabah penyakit. Selain itu, pakarena bura'ne kasuwiang digelar saat panen berhasil dilakukan sebagai wujud syukur kepada Dewi Padi (Sangiang Serri).

Pada saat agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan, khususnya Gowa, yakni pada paruh abad XVI yang kemudian menjadi agama resmi kerajaan itu, tarian ini menjadi tarian kebesaran kerajaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tarian kaum Adam ini selanjutnya menjadi tarian perang dan dilakoni untuk mengantar atau menjemput pasukan Kerajaan Gowa. Dalam lontara Pau-pau Anna Sere 'Jaga ri Butta Gowa disebutkan tari pakarena bura'ne kasuwiang merupakan salah satu tarian tertua di Gowa yang bersifat ritual dan sakral. Secara spesifik, menurut Manda, tarian ini tak dilakukan sembarangan. Ada periode pelaksanaan untuk melakukan tarian ini. "Biasanya dilakukan tiga atau tujuh tahun sekali berdasarkan tingkat kesengsaraan rakyat. Artinya, ketika ada wabah menyerang, tarian ini digelar," kata pria yang pernah menjadi pengajar di IKIP Makassar ini.

Tarian ini direkonstruksi Daeng Manda pada 1994-2010. Ada banyak ritual yang harus dijalani oleh ke-12 penari itu, termasuk puasa sebelum menari. Hal itu diakui oleh salah seorang penari, Akbar. Setiap penari harus melakukan upacara ritual adat dengan sesaji berupa beras, kemenyan, dan lilin. Ini dimaksudkan agar pertunjukan berlangsung lancar. "Ada banyak ritual yang dilewati. Bapak (Daeng Manda-red) selalu membaca doa kayak mantra saat awal latihan," katanya.

Pergelaran tari pakarena bura'ne kasuwiang ini merupakan kegiatan yang terlaksana atas kerja sama Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gowa bersama Yayasan Indonesia Lestari.

TRI YARI KURNIAWAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Peserta delegasi dari Pekalongan di Asian African Carnival 2018 di Bandung, Jawa Barat, 28 April 2018. Karnaval budaya Asia Afrika bertema Respect Diversity ini diikuti sekitar 4.000 perserta dari seluruh Indonesia dan perwakilan delegasi asing. TEMPO/Prima Mulia
Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.


Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng (ANTARA News)
Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.


Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Eko Supriyanto foto besama penari yang menarikan tari Balabala saat GR pementasan penutupan SIPFest 2016 di Teater Salihara Jakarta, 4 November 2016. TEMPO/Nurdiansah
Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.


Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Pementasan tari dalam acara Jakarta Dance Meet Up di Gedung Kesenian Jakarta, 31 Maret 2017. TEMPO/Frannoto
Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.


Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet membentuk formasi saat membawakan pertunjukkan Balet dengan Tema Si Kabayan di Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), 31 Oktober 2015. Pertunjukan Balet yang dimaikan oleh Marlupi Dance Academy (MDA) ini, mengkawinkan antara seni tari balet klasik dan kontemporer Nusantara. TEMPO/Subekti
Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.


Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Sejumlah penari difabel dan non-difabel melakukan latihan jelang pementasan di Galeri Kesenian Jakarta, Jakarta, 8 Juli 2017. Mereka akan membawakan koreografi CandoDance karya Mirjam Gutner dan Tanja Erhart dari grup Candoco Dance Company (Inggris). TEMPO/Subekti
Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.


Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Karya origami
Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.


Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Dua seniman membawakan tarian Bisma Srikandi di Pendapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Solo, (29/4). Pertunjukan yang digelar selama 24 jam ini untuk memperingati Hari Tani Sedunia. Tempo/Ahmad Rafiq
Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.


Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Poster Pertunjukan tari Arka Suta dari Sanggar Padnecwara. Facebook.com
Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu


Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Penari Eky Dance Company saat tampil dalam gladi resik pementasan kabaret oriental bertajuk
Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.