Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lokananta, Antara Hidup dan Mati

image-gnews
Piringan hitam koleksi Lokananta.(TEMPO/Andry Prasetyo)
Piringan hitam koleksi Lokananta.(TEMPO/Andry Prasetyo)
Iklan
TEMPO Interaktif, Surakarta - Kendati telah berusia lebih dari setengah abad, gedung Lokananta masih tampak berdiri kokoh dan cukup megah. Gedung bercat krem yang berdiri di atas areal sekitar 20.000 meter persegi di Jalan Jenderal Ahmad Yani 379, Solo, Jawa Tengah, itu masih terawat baik. Rumput yang terhampar di halaman luas tertata rapi. Begitu juga dengan sejumlah tanaman, semuanya baik-baik saja.

 

Namun, dibalik gedung megah dan terlihat baik-baik itu, sebenarnya kondisi Lokananta sungguh memprihatinkan. Perusahaan rekaman musik pertama di Indonesia milik negara itu terancam bubar karena tak mendapat dukungan dana yang memadai. “Tidak ada dukungan modal sama sekali dari pemerintah. Untuk memproduksi sebuah rekaman saja, karyawan Lokananta harus patungan. Kami harus swasembada,” kata Pendi Haryadi, pimpinan Lokananta, saat ditemui Tempo Maret lalu.

 

Pendi mengakui, sungguh berat menjaga dan memelihara aset Lokananta jika tak ada dukungan dari pihak lain. Dengan hanya mengandalkan penjualan jasa rekam ulang lagu-lagu lama serta menyewakan sebagian properti Lokananta untuk kantor asuransi dan usaha futsal, jelas tak bisa mensejahterakan 20 orang karyawannya. “Apalagi, berangan-angan Lokananta bisa bersaing dengan industri rekaman modern lainnya di Indonesia,” ujarnya.

 

Lokananta berawal dari sebuah pabrik piringan hitam sederhana yang dirintis oleh dua pegawai Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta, Jawa Tengah, Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero, pada 1950. Sekitar enam tahun kemudian, tepatnya 29 Oktober 1956, Lokananta resmi berdiri dengan nama Pabrik Piringan Hitam Lokananta, Jawatan Radio Kementrian Penerangan RI di Surakarta.

 

Fungsi utama Lokananta adalah merekam dan memproduksi (menggandakan) piringan hitam untuk bahan siaran 27 Studio RRI di seluruh Indonesia. Jadi sifatnya non-komersial. Tapi, Lokananta kemudian diperbolehkan menjual piringan hitam produksinya kepada umum melalui Pusat Koperasi Angkasawan RRI (Pusat) Jakarta.

 

Dalam perjalanannya, Lokananta sempat beberapa kali mengubah statusnya. Pada 1961, Lokananta diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara dan mulai memperluas bidang usaha yakni untuk produksi ponograms (piringan hitam dan pita suara kaset atau bentuk media rekam lainnya).

 

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2001, Lokananta telah dilikuidasi dan ditetapkan sebagai Penambahan Penyertaan Modal Perum Percetakan Negara RI. Dan sejak 2004, Lokananta menjadi Perum PNRI Cabang Surakarta dengan cakupan tugas sebagai salah satu pusat multimedia, rekaman (kaset dan CD), remastering, dan pengembangan percetakan serta Jasa Grafika. Plus, kegiatan di dunia penyiaran hingga sekarang.

 

Lokananta sempat mengalami masa keemasan sepanjang 1970-an hingga 1980-an. Perusahaan ini juga menjadi label rekaman yang legendaris. Di tempat ini, sejumlah musisi dan seniman besar Indonesia merekam karya-karyanya. Musisi keroncong, Gesang dan Waldjinah, pernah menikmati masa kejayaannya melalui karya-karyanya yang direkam dan dipasarkan melalui Lokananta. Dalang kondang Ki Narto Sabdo juga secara rutin merekam pentas pertunjukan wayangnya di Lokananta. Selain itu, Narto Sabdo, yang juga sangat produktif mencipta gending-gending Jawa, merekam karyanya itu di Lokananta.

 

Tak hanya itu. Di Lokananta juga terdapat koleksi penting dan sangat langka, rekaman pidato kenegaraan Presiden Soekarno maupun pidato para kepala negara asing yang sedang berkunjung ke Indonesia. Lokananta bahkan memiliki rekaman lagu Indonesia Raya versi tiga stansa yang sempat menjadi polemik. Tempat ini juga menyimpan bukti rekaman sekitar 5000 lagu daerah dari seluruh Indonesia, termasuk rekaman lagu Rasa Sayange dari Maluku yang sempat dibagikan kepada kontingen Asian Games pada 1962. Dan beberapa waktu lalu lagu ini juga sempat diklaim Malaysia sebagai miliknya.

 

Sampai saat ini, Lokananta masih menyimpan sekitar 40.000 keping piringan hitam yang pernah diproduksi, dari lagu-lagu daerah, lagu hiburan (pop), keroncong, wayang, gending-gending Jawa, hingga pidato-pidato kenegaraan. Koleksi piringan hitam itu kini disimpan dalam rak-rak pada salah satu ruang berukuran 6 kali 8 meter di kompleks Lokananta. “Dulu, sisa produksi itu ditumpuk di gudang. Sebagian bahkan sudah rusak dimakan rayap. Ini hanya sebagian yang masih bisa diselamatkan,” kata Bemby Ananto, staf bagian remastering Lokananta.

 

Menurut Bemby, masyarakat bisa membeli koleksi piringan hitam produksi Lokananta yang kini disimpan di ruang khusus itu. Hanya, yang bisa dibeli adalah album rekaman yang stok produksinya masih banyak. Album rekaman (baik gending Jawa, wayang, keroncong, lagu daerah, maupun lagu pop) yang stoknya sudah minim, tak lagi bisa diperjual-belikan. “Harganya sekitar Rp 250.000 per keping piringan hitam. Memang cukup mahal, namun kualitasnya masih sangat baik,” ujarnya.

 

Di ruangan lain, yang kini difungsikan sebagai museum, tersimpan perangkat mesin perekam yang pernah digunakan sepanjang 1950-an hingga 1980-an. Mesin-mesin perekam itu semuanya produksi Jerman dengan merk Studer. Dulu, mesin-mesin perekam tersebut hanya ditumpuk di gudang. Setelah dibersihkan, kini sebagian ditempatkan di ruangan 6 kali 10 meter, yang menjadi museum.

 

Selain mesin-mesin perekam, di ruangan itu juga tersimpan mikrofon yang pernah digunakan untuk rekaman. Mikrofon bermerk Neumann buatan Jerman ini adalah yang terbaik pada zamannya. Ada sekitar delapan mikrofon merk Neumann yang disimpan di lemari kaca dengan kunci pengaman.

 

Bemby menyatakan, banyak orang asing yang tertarik dengan koleksi mikropon tersebut. Mereka ingin membelinya dengan harga tinggi. “Kami jelas menolak karena ini koleksi museum,” katanya. “Saya tidak tahu persis berapa harganya. Namun kabarnya satu mikrofon ini bisa untuk membeli satu buah mobil.”

 

Harta karun lain yang masih tersimpan di Lokananta adalah 5.000 master rekaman berisi lagu-lagu pop tempo dulu, keroncong, gending Jawa, dan wayang. Master rekaman berupa pita reel itu disimpan di lemari besi dalam ruangan khusus yang tak boleh dimasuki umum.

 

Saat ini, Bemby dan rekan-rekannya tengah melakukan remastering, yakni memindahkan isi rekaman dalam pita reel yang masih dalam bentuk analog ke dalam data digital di komputer. Menurut Bemby, data digital itulah yang kemudian diproduksi dalam format CD (cakram padat). “Setelah digandakan kemudian bisa dibeli oleh masyarakat,” ujar Bemby.

 

Sebenarnya, Lokananta juga memiliki studio rekaman dengan fasilitas yang cukup baik. Mesin-mesin perekamnya sudah menggunakan perangkat modern, meski bukan yang paling mutakhir dan canggih. Hanya, frekuensi penggunakan studio rekam ini tak terlalu sering. Kendala utamanya masalah permodalan.

 

Kini, nasib Lokananta memang tak seindah namanya, yakni gamelan khayangan yang bersuara merdu tanpa ditabuh. Untuk menghidupi 20 orang karyawan dengan gaji yang relatif rendah (gaji karyawan Lokananta berkisar antara Rp 500 ribu hingga Rp 1,3 juta), pimpinan Lokananta, Pendi Haryadi, harus berakrobat dan membuat pelbagai siasat. Misalnya, Sebagian gedung di kompleks Lokananta yang sudah tidak berfungi, kemudian disewakan untuk lembaga lain seperti jasa asuransi. Bahkan ada yang kemudian dialih-fungsikan menjadi arena futsal. “Itu semua harus saya lakukan untuk menambah income,” katanya. “Kami harus bisa memperpanjang roda operasional perusahaan ini.”

 

Pendi mengakui Lokananta sebagai perusahaan rekaman tertua milik negara memang butuh dukungan pemerintah. Saat ini, Pendi giat mempertemukan Direksi PNRI dengan Walikota Solo, Joko Widodo. “Saya sudah mengirim surat ke direksi di Jakarta untuk bisa bertemu dengan walikota untuk membahas nasib Lokananta ke depan itu seperti apa,” ujarnya.

 

Pendi menambahkan, “Menurut saya, harus ada campur tangan pemerintah untuk menyelamatkan Lokananta. Kalau tidak ada support, Lokananta memang terancam gulung tikar.”

 

 

 

HERU C. NUGROHO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

10 hari lalu

Penampilan Adam Levine di Super Bowl/USA Today
45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

Adam Levine vokalis Maroon 5 yang juha Juri The Voice America hari ini berulang tahun ke-45. Ini karier bermusiknya dan tangga raih kesuksesan.


Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

12 hari lalu

Dua terduga pelaku asusila modus orkes musik keliling diperiksa tim penyidik Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim di Kantor Polrestabes Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu, 16 Maret 2024. Foto: ANTARA.
Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

Polisi menangkap enam orang anggota orkes musik kelilng usai viral video perbuatan asusila dua personelnya


Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

14 hari lalu

Ilustrasi senam aerobic. Dok. TEMPO/Nickmatulhuda
Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

Pakar audiologi mengingatkan dampak suara keras pada pendengaran, baik musik maupun teriakan instruktur, di pusat kebugaran atau kelas senam.


Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

16 hari lalu

Adrie Subono. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

Adrie Subono adalah promotor musik yang berpengalaman menghadirkan konser penyanyi dalam dan luar negeri. Ia juga merupakan keponakan dari B.J. Habibie.


Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

21 hari lalu

Penampilan Jaafar Jackson yang berperan sebagai Michael Jackson dalam film MIchael. Diabadikan oleh fotografer Kevin Mazur. Instagram.com/@antoinefuquaJaafar Jackson. Instagram.com/@antoinefuqua
Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

Pemeran Michael Jackson dalam film biopik Michael akan diperankan keponakannya, Jaafar Jackson. Ini profil anak Jermaine Jackson itu.


Adobe Kenalkan Sistem Komposer Berbasis AI, Menerjemahkan Teks Menjadi Musik

23 hari lalu

Logo Adobe
Adobe Kenalkan Sistem Komposer Berbasis AI, Menerjemahkan Teks Menjadi Musik

Menyaingi penerjemahan teks menjadi gambar, Adobe memberikan teknologi AI yang bisa mengubah teks menjadi musik.


Kemendikbudristek Kembali Gelar Audisi Gita Bahana Nusantara, Ini Jadwalnya

30 hari lalu

Nathania Karina atau yang akrab disapa Nia, akan menjadi konduktor  Gita Bahana Nusantara (GBN) dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Foto : Kemendikbud
Kemendikbudristek Kembali Gelar Audisi Gita Bahana Nusantara, Ini Jadwalnya

Kemendikbudristek menilai GBN adalah representasi Indonesia mini, artikulasi musikal dalam sebuah ekspresi kultural.


Seleksi Timnas U-16, Nova Arianto Pasang Music Box untuk Atasi Kecemasan Para Pemain

30 hari lalu

Suasana latihan timnas U-16 Indonesia di Lapangan A Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Februari 2024. TEMPO/Randy
Seleksi Timnas U-16, Nova Arianto Pasang Music Box untuk Atasi Kecemasan Para Pemain

Nova Arianto berharap diputarnya musik saat latihan dapat membuat calon pemain timnas U-16 Indonesia lebih rileks.


Forum Komponis Muda Sumatera Barat Gelar Pertunjukan Bertajuk Buni-bunian

33 hari lalu

Pertunjukan musik FKM dengan judul Buni-bunian #3 di Kota Padang pada 21 Februari 2024. Foto FKM Sumbar.
Forum Komponis Muda Sumatera Barat Gelar Pertunjukan Bertajuk Buni-bunian

Gelaran Buni-bunian ke-3 menampilkan empat komponis muda berbakat asal Padang, Solok dan Padang Panjang.


Hindia akan Berkunjung ke Jepang Memperkenalkan Musiknya

48 hari lalu

Baskara Putra alias Hindia. Foto: Meidiana Tahir
Hindia akan Berkunjung ke Jepang Memperkenalkan Musiknya

Hindia akan memperkenalkan musiknya di Jepang pada 20 Februari sampai 26 Februari 2024