Menurut pantauan Tempo, kesebelas penari itu tidak membawakan sebuah tarian tertentu. Para penari menggerakkan tubuh sesuai improvisasi mereka. Mereka tidak menempati panggung khusus dan bergerak mengeksplorasi sudut-sudut halaman kampus Institut Seni Indonesia Surakarta. Tiap tiga jam, para penari dibawa ke pos kesehatan untuk diperiksa tekanan darahnya.
“Tidak ada persiapan khusus, kecuali istirahat yang cukup sebelumnya,” kata Anouk Wilke kepada Tempo, Jumat, 29 April 2011. Di sela-sela wawancara, dia terus menggerakkan badan. Dari gerakan jari tangannya, Anouk terlihat cukup luwes membawakan gerak tarian Jawa.
Baca Juga:
Semenjak kecil, Anouk memang telah menekuni tarian balet. Budaya Indonesia dikenalnya pada saat dia ikut menjadi relawan dalam bencana gempa bumi di Yogyakarta, 2006 silam. “Saya seolah menemukan jiwa saya,” kata Anouk.
Maklum, wanita bermata biru itu memang memiliki nenek yang merupakan orang Indonesia asli. Neneknya pindah ke Belanda sebelum masa kemerdekaan. “Meski demikian, nenek jarang bercerita tentang Indonesia,” kata Anouk.
Budaya Indonesia membuatnya jatuh hati. Kebetulan, wanita itu kemudian mendapatkan beasiswa dalam program Darmasiswa dari Kementerian Pendidikan Nasional. Saat ini, dia tengah menjalani studi Jurusan Tari ISI Yogyakarta.
Selain Anouk, sepuluh penari lain juga akan menari hingga 24 jam nonstop. Mereka merupakan seniman tari dari Ponorogo, Denpasar, Bandung, hingga Lampung. Pementasan mereka akan berakhir pada Sabtu pagi, 30 April 2011.
AHMAD RAFIQ