Hal itu dikemukakan Restu Imansari Kusumaningrum, produser pementasan I La Galigo, dalam konferensi pers yang berlangsung di Benteng Rotterdam, siang tadi. "Pementasan pada 22, 23, dan 24 April itu semua sama. Tak ada yang kurang sama sekali," ujarnya.
Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin yang juga hadir dalam konferensi pers juga mengatakan, pementasan diselenggarakan selama tiga hari agar warga Sulawesi Selatan dapat menyaksikan langsung acara pertunjukan ini.
Ia menjelaskan, pada 22 April, pementasan ditujukan bagi sekitar 200 orang anak yatim piatu, mahasiswa, dan wartawan yang akan meliput dan memotret. Pada pementasan hari berikutnya, ditujukan khusus bagi tamu VIP seperti para pejabat tingkat menteri dan duta besar. Sedangkan apda hari terakhir dibuka untuk 800 tiket untuk masyarakat umum.
Harga tiket yang disediakan panitia antara Rp 50 hingga Rp 250 ribu, untuk kelas festival, gold, platinum, dan titanium. Tiket tersebut dapat diperoleh di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Makassar. Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Rusmayani Madjid, saat ini tiket sudah terjual sebanyak 80 persen dari 1.200 lembar tiket yang diperjualbelikan. Sebanyak 750 di antaranya, habis terjual di Jakarta.
Sedikit berbeda dengan pentas-pentas di kota lain, pentas I La Galigo di Makassar dilakukan outdoor dengan melibatkan 80 persen seniman musik dan tari asal Sulawesi Selatan. Mereka telah berlatih keras sejak awal April lalu. Peralatan panggung pun sebagian berasal dari Sulawesi Selatan, dengan pertimbangan ke depan, pentas ini bisa dilanjutkan secara rutin oleh masyarakat Sulawesi Selatan sendiri. "Dengan menyaksikan ini kita berharap bisa mengantarkan I La Galigo dipentaskan setiap tahun di Makassar oleh seniman Makassar sendiri," kata Ilham.
Penggagas pementasan I La Galigo di Makassar adalah Tanri Abeng, tokoh nasional dari Sulawesi Selatan. Ia beberapa kali menyempatkan menonton langsung pertunjukan I La Galigo di beberapa negara. Secara khusus, ia mengaku bangga dan terharu saat melihat sambutan luar biasa penonton New York. “Pementasan di Makassar adalah persembahan kembali kepada masyarakat Sulawesi Selatan,” kata Tanri. Dengan demikian, keluarga para seniman, misalnya, yang selama ini hanya mendapatkan cerita, bisa menyaksikan langsung kehebatan para penampil di panggung.
Setelah melanglang buana ke berbagai kota di dunia seperti Amsterdam, Barcelona, Madrid, Lyon, Ravenna, New York, Melbourne, Milan, dan Taipei, I La Galigo kembali ke tanah kelahirannya. I La Galigo adalah pentas teater internasional yang mengambil inspirasi dari Sureq Galigo, hikayat kepahlawanan Sulawesi Selatan.
Pada 2005, I La Galigo sudah sempat “pulang” dengan pementasan di Teater Tanah Airku di Jakarta. Pementasan tiga jam yang disutradarai Robet Wilson ini pun sukses besar. Selain diprakarsai Tanri Abeng, pementasan I La Galigo di Makassar akan berlangsung berkat dukungan dan produksi Change Performing Arts (Italia) dan Bali Purnati (Indonesia), serta dukungan Pemerintah Kota Makassar.
SUKMAWATI