Melalui kuasa hukum mereka Emy Puasa Handayani SH, anak-anak Kolonel Soerachmad yang berjumlah sembilan orang telah bersepakat untuk menjual rumah itu kepada Alwi Muhammad Mubarok senilai Rp 5 milyar.
Keputusan ini ditempuh setelah penawaran kepada Pemkot Kediri tahun 2010 silam ditolak mentah-mentah oleh Wali Kota Samsul Ashar. “Kami telah menyerahkan sepenuhnya rumah itu kepada Pak Alwi untuk dibongkar,” kata Emy kepada Tempo, Kamis (14/4).
Selama ini Pemerintah Kota Kediri dinilai kurang pro aktif dalam merawat rumah itu. Di sisi lain, keluarga terus mengeluarkan biaya perawatan rumah yang mulai keropos di sana-sini. Mereka khawatir rumah itu akan ambruk sewaktu-waktu jika dibiarkan begitu saja.
Karena itu ketika Alwi datang menawarkan investasi bisnis senilai Rp 5 milyar, keluarga langsung menyetujuinya. Rencananya rumah yang berdiri di lahan seluas 3.720 meter persegi itu akan dijadikan lapangan futsal, kafe, dan apartemen.
Emy menjamin kegiatan bisnis itu tak akan mengganggu aktivitas gereja Immanuel seperti yang dikhawatirkan selama ini. Menurut dia konsep kafe yang akan dibangun mirip Starbuck yang jauh dari kebisingan. “Bukan kafe-kafe biasa yang ramai itu,” katanya.
Keluarga Soerachmad juga menuding media massa telah salah menafsirkan rumah itu sebagai bangunan bersejarah. Menurut dia, rumah itu tak memiliki nilai apa-apa karena ditempati Soerachmad setelah pensiun dari militer. Seluruh kegiatan perjuangan dilakukan di rumah dinas Kepala Kepolisian Resor Kediri Kota, yang berada tepat di sebelah selatan rumah Soerachmad. Termasuk diantaranya rapat pendirian Kodam bersama Jenderal AH Nasution.
Emy juga mengakui telah mengumpulkan sejumlah wartawan untuk meluruskan pemberitaan yang berkembang tentang rumah itu. Dia berharap media tak menganggap rumah itu bersejarah yang berdampak pada terhalangnya upaya pembongkaran. “Saya memang meminta media merubah pemberitaan yang keliru,” katanya.
Sejarawan Universitas Nusantara PGRI Kediri Bardi Agan membantah pernyataan itu. Menurut dia, Emy hanya mencari-cari alasan untuk membenarkan pembongkaran itu. Bardi tak bisa membayangkan wajah Kota Kediri ke depan jika diantara dua bangunan bersejarah, yakni Gereja Immanuel dan Rumah Dinas Kapolresta berdiri kafe dan lapangan futsal. “Penafsiran dia kan berdasarkan kepentingan,” kecamnya.
HARI TRI WASONO