Film bergenre drama serial Korea Selatan semakin sering tampil di layar kaca dan mulai digemari oleh para pemirsa Indonesia.
Namun demikian, tidak banyak yang tahu bahwa Korea Selatan memiliki sutradara mumpuni yang dapat disandingkan dengan para sineas Asia tersohor lainnya, seperti Akira Kurosawa asal Jepang serta Zhang Yimou atau Chen Kaige dari China.
Untuk memberi informasi mengenai sineas ternama Korea, 15-16 April 2011, Bentara Budaya Bali (BBB) secara khusus akan memutar film-film karya Kim Ki-Duk. “Dia adalah sutradara yang telah meraih sejumlah penghargaan internasional semisal Venice Film Festival, Berlin Film Festival dan Festival Cannes Perancis,” kata Juwitta Lasut, staf Bentara Budaya Bali, Rabu, 13 April 2011.
Pada hari pertama, diputar film Birdcage Inn (1998) yang mengisahkan tentang kemelut hidup seorang pelacur yang terekploitasi, dan tinggal di sebuah penginapan yang disebutnya sebagai sangkar burung Inn.
Dilanjutkan dengan The Isle (1999) yang skenarionya ditulis sendiri oleh Ki-Duk. Film yang dibintangi oleh Seo Jeong dan Kim Yu-Seok ini sangat kontroversial dan menuai banyak kritik dari kritikus film Korea.
Film lainnya yang tidak bisa dilewatkan adalah film Bad Guy (2001), sebuah drama psikologi yang tak kalah kontroversialnya.
Film ini berkisah tentang seorang pria yang menjebak seorang wanita menjadi pelacur kemudian bersikap protektif terhadapnya. Film ini menghadirkan tak hanya konflik psikologis yang mendalam, namun juga mencolok secara visual.
Pada hari kedua diputar film Spring, Summer, Fall, Winter…and Spring (2003). Film yang tampil dengan dialog minimalis namun dipertajam oleh gambar-gambar menawan dan filosofis ini mengisahkan tentang dua pendeta Budha yang berada di persimpangan jalan, antara keteguhan iman dan godaan duniawi.
Film terakhir adalah 3 Iron (2004), yang pernah meraih predikat film dan sutradara terbaik pada Venice International film Festival.
Film yang dalam bahasa Koreanya berjudul Bin-Jip (berarti Rumah Kosong) ini terkenal karena minimnya dialog antar dua pemain utamanya. Namun justru di sanalah kekuatan film yang bagian akhirnya sulit ditebak.
Selain menghadirkan film-film bergenre drama psikologis, Sinema Bentara kali ini juga turut dimaknai dengan diskusi yang akan membahas lebih jauh tentang film Ki-Duk, sekaligus kaitannya dengan kekinian masyarakat Indonesia, khususnya Bali. ROFIQI HASAN.