Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sedetik Jepretan Julian Sihombing

image-gnews
Pameran foto Julian Sihombing di Bentara Budaya Bali. (TEMPO/Rofiqi Hasan)
Pameran foto Julian Sihombing di Bentara Budaya Bali. (TEMPO/Rofiqi Hasan)
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Soeharto menangis. Wajah setengah tertunduk, mata mantan penguasa Orde Baru itu tampak sembab. Tangan kirinya mengusap air mata dengan sehelai sapu tangan putih. Dari baju hitam yang dikenakan, tak dapat dipungkiri, presiden kedua Indonesia itu tengah berkabung. Bersedih. Sedalam-dalamnya.


Itulah sepenggal kisah yang tertangkap dari selembar foto karya Julian Sihombing, pewarta foto senior. Bersama 74 foto karyanya lain, foto itu dipamerkan dalam sebuah pameran foto bertajuk “Split Second, Split Moment” di Bentara Budaya Yogyakarta, sepanjang 5-13 April 2011.


Lazimnya foto jurnalistik yang terpampang di surat kabar, Julian menuliskan caption foto Soeharto itu dalam bahasa Inggris. “Surakarta, April 1996. The president wipes away tears as he mournfully attends the wake of his beloved wifes. First lady Tien Soeharto in Ndalem Kalitan, Surakarta”.


Julian satu-satunya fotografer yang berhasil mengabadikan peristiwa itu, Soeharto menangis. Ceritanya, dia ditugaskan untuk meliput peristiwa pemakaman Tien Soeharto, istri Presiden Soeharto, itu di Surakarta, Jawa Tengah. Tak paham seluk beluk Ndalem Kalitan, dia menerobos begitu saja melewati protokoler kepresidenan. Beruntung, dia sampai di tempat jenazah disemayamkan. Instingnya sebagai pewarta langsung bergerak. Begitu melihat Soeharto menangis, langsung dia jepretkan kamera yang dibawanya. “Padahal, semua kamera orang-orang di sana diturunkan semua,” katanya mengenang.


Sempat diperiksa petugas pengamanan presiden karena ulah itu, akhirnya Julian dilepaskan. Beruntung negatif film di kameranya tak dirampas. Itupun setelah dia setengah mati minta maaf dan berjanji tak menayangkan foto itu di media tempatnya bekerja. Kini setelah 25 tahun berlalu. Soeharto telah lengser. Dan, tak ada lagi sensor seketat dulu, foto itu bisa dihadirkan di depan publik meski melalui ruang pamer.


Menurut dia, memang banyak di antara foto yang tak terpublikasikan. Sensor yang ketat serta etis dan tidaknya tentu menjadi salah satu alasannya. Selain foto bergambar Soeharto menangis, fotonya yang lain yang tak pernah termuat adalah bingkai foto bergambar Soeharto terjatuh di sela reruntuhan bangunan rumah. Foto itu didapatnya saat bencana gunung Kelud, Blitar, Jawa Timur, meletus, pada Februari 1990. “Kalau orang melihatnya, mungkin akan muncul banyak penafsiran,” ujarnya mereka-reka. “Bisa jadi perlambang Soeharto jatuh”.


Semua karya foto yang dipamerkan, dibuat Julian sepanjang 1988-2010. Obyek dan lokasinya beragam, dari anjing terlanggar sepeda motor di Pontianak, Kalimantan Barat, pada Februari 1988, kecelakaan delman di Madiun, Jawa Timur, pada Juli 1989, penumpukan penumpang kereta di Jakarta pada Agustus 1999, hingga foto tentang Soeharto menangis itu.


Julian memilih sendiri foto-foto yang akan dia pamerkan. Setidaknya butuh waktu setahun untuk memilih dan memilah foto yang paling layak dipamerkan di hadapan publik. “Ada ribuan foto yang harus diseleksi,” katanya. Dan itu dia lakukan sendiri. Tentu sebuah pekerjaan berat mengingat tak semua foto berupa file komputer, tapi banyak juga negatif film.


Dia mengaku bermain di sela waktu yang sempit dalam menghasilkan foto-foto itu. Sebuah peristiwa tak datang dua kali. Kecepatan dan ketepatan menjadi kuncinya. Ketrampilan itu terasah seiring dengan pengalaman di lapangan menjadi fotografer.


Misalnya, foto seekor anjing yang terlanggar sepeda motor. Peristiwa itu memang secara kebetulan terjadi di depan mata. Namun sekali lagi, dia mengatakan, jika tak siap, seorang fotografer dapat saja kehilangan momen tanpa sempat mengabadikan dalam jepretan kamera. Di sinilah letak kepiawaian Julian. Dia mampu merekam tiap detik peristiwa yang terjadi. Di atas lima lembar fotonya, dia tampilkan tiap babak kecelakan itu terjadi.


Sebagai fotografer di awal 1980an, Julian punya idealisme tentang foto jurnalistik. Mencari sudut yang berbeda dibanding fotografer lain. Saat itu, foto-foto di halaman koran lebih didomonasi foto seremonial. “Kalau di olah raga, ya sudah, fotografernya menunggu di garis start atau finish saja.”


Niat kuat mendobrak tradisi foto semacam itu pun berbuah. Melalui jepretan kameranya, Julian dapat mengabadikan pembalap Australia Ricky Rice terjatuh dari motornya dalam “adu cepat” di sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada Desember 1992. Gambarnya begitu tajam dan detail. Tubuh Ricky, dengan helm masih melekat di kepala, jatuh terlentang di atas aspal. Motornya terlepas ke tepian sirkuit hingga menghamburkan kerikil dan tanah.


Menurut Julian, seorang fotografer memang harus berani mengambil sudut berbeda untuk mengambil gambar. Lihat saja, foto bergambar deretan ratusan orang yang duduk di atas kereta api jurusan Jakarta-Rangkasbitung yang diambilnya pada Agustus 1991.


Kala itu, ada penumpukan penumpang kereta. Kebanyakan foto diambil dari bawah. “Dan saya harus mencari angle yang berebeda,” ujarnya. Sementara kereta terus melaju hingga Rangkasbitung, Julian pun ikut naik ke atas gerbong.


Sebetulnya, pameran ini bukan yang pertama digelar Julian. Sebelumnya, dengan tema yang sama – “Split Second Split Moment” – pameran juga digelar di Bentara Budaya Bali pada 3-11 Juli 2010. Di Yogyakarta sendiri, pameran semula digelar pada Januari awal tahun lalu. Namun tertunda akibat bencana gunung Merapi.


Romo Sindhunata, yang membuka pameran Julian di Bentara Budaya Yogyakarta, menilai, Julian tangkas mengabadikan peristiwa. Banyak potongan peristiwa besar yang kerap terjadi di sekitar kita, namun tak semuanya kita sadari. Apalagi untuk mengabadikan dalam jepretan kamera. “Dalam hitungan detik, dengan intelegensia dan kecerdiakan, Julian mampu menangkap itu,” katanya.


Selain itu, Romo Sindhunata menambahkan, ada nilai artistik dalam foto karya Julian. Bahkan dalam sebuah peristiwa non-seni sekalipun, semisal peristiwa politik, keindahan itu tetap saja muncul. Dan itu yang membuat karya Julian layak dipamerkan.


ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sejarah Kamera Leica yang Kini Digandeng Xiaomi, Pernah Digunakan Motret Proklamasi Kemerdekaan RI

21 hari lalu

Kamera Leica Luxus II gold yang diproduksi pada tahun 1932 ini ditemukan di BBC Antiques Roadshow pada 12 tahun yang lalu. dailymail.co.uk
Sejarah Kamera Leica yang Kini Digandeng Xiaomi, Pernah Digunakan Motret Proklamasi Kemerdekaan RI

Leica merupakan produsen kamera legendaris, kini digandeng Xiaomi.


Kamera Fujifilm X100VI, Popularitas Penjualan hingga Spesifikasi Produk

23 hari lalu

FUJIFILM X100VI. Fujifilm-x.com
Kamera Fujifilm X100VI, Popularitas Penjualan hingga Spesifikasi Produk

Fujifilm X100VI generasi keenam dari seri X100 yang pertama kali diperkenalkan pada 2011


Kongres Drone akan Diadakan di Cina pada Mei 2024

24 hari lalu

Ilustrasi drone. Efrem Lukatsky/Pool via REUTERS
Kongres Drone akan Diadakan di Cina pada Mei 2024

Kongres Drone Dunia ke-8 akan diadakan di Shenzhen, Cina Selatan, pada 24-26 Mei 2024


Honor Magic 6 Ultimate Berpeluang Jadi Ponsel Pertama Gunakan Sensor Kamera OmniVision OV50K

37 hari lalu

Honor Magic 6 Ultimate. huaweicentral.com
Honor Magic 6 Ultimate Berpeluang Jadi Ponsel Pertama Gunakan Sensor Kamera OmniVision OV50K

OmniVision OV50K adalah kamera 50 megapiksel yang akan menawarkan fotografi kelas flagship. Honor Magic 6 berpeluang jadi yang pertama gunakannya.


Tips Memotret supaya Dapat Foto Keren saat Traveling

13 Januari 2024

Ilustrasi wanita liburan. Freepik.com
Tips Memotret supaya Dapat Foto Keren saat Traveling

Mengambil foto terbaik selama traveling melibatkan kombinasi keterampilan teknis, kreativitas, dan pemahaman tentang kamera.


3 Hal Menarik dari iQOO 12 5G yang Baru Rilis di Indonesia

12 Desember 2023

Robiat Fahlevie, Social Media & Community Manager dan Praditya Andika, Senior Product Manager iQOO Indonesia memperlihatkan 2 varian warna dari iQOO 11 5G. Ini adalah ponsel iQOO pertama yang akan hadir di Indonesia. Foto: Maria Fransisca Lahur
3 Hal Menarik dari iQOO 12 5G yang Baru Rilis di Indonesia

iQOO 12 5G sudah rilis di Indonesia setelah sebulan sebelumnya rilis di China. Ponsel ini punya fitur kamera canggih dan proper untuk game berat


Spesifikasi Aquos R8s Pro, Bisa Sorot Foto di Tempat Gelap dan Tahan Air

8 Desember 2023

Sharp merilis smartphone terbaru mereka, Aquos R8s dan Aquos R8s Pro. Produk ini sudah bisa dibeli oleh masyarakat Indonesia mulai 6 Desember 2023.(Tempo/Alif Ilham Fajriadi)
Spesifikasi Aquos R8s Pro, Bisa Sorot Foto di Tempat Gelap dan Tahan Air

Aquos R8s Pro telah dirilis secara resmi di Indonesia.


Realme GT5 Pro akan Diluncurkan di Cina pada 7 Desember 2023, Simak Spesifikasinya

26 November 2023

Realme GT5. gsmarena.com
Realme GT5 Pro akan Diluncurkan di Cina pada 7 Desember 2023, Simak Spesifikasinya

Realme ingin memperkenalkan terobosan terbaru di bidang fotografi lewat ponsel pintar tersebut


Xiaomi 13T Rilis di Indonesia dengan Leica Authentic Experience, Ini Harganya

3 Oktober 2023

Product Marketing Manager Xiaomi Indonesia menerangkan kemampuan Xiaomi 13T di Ciputra Artpreneur, Jakarta, 3 Oktober 2023. TEMPO/Maria Fransisca Lahur
Xiaomi 13T Rilis di Indonesia dengan Leica Authentic Experience, Ini Harganya

Xiaomi 13T ditujukan bagi pengguna yang menggemari fotografi.


Saran buat yang Ingin Merintis Usaha Fotografi Pernikahan

11 September 2023

Ilustrasi Pernikahan/Alissha Bride
Saran buat yang Ingin Merintis Usaha Fotografi Pernikahan

Berikut tips bagi yang ingin merintis usaha fotografi dan videografi pernikahan, antara lain soal portofolio dan peralatan yang perlu dimiliki.